Jumat, 30 Oktober 2009

Spesies Baru : ELECTRIVORA VS BURNIVORA

Apa itu “Burnivore”?
Kalau kita mendefinisikan ulang spesies di bumi berdasarkan cara mereka mengakses sumber energi guna meningkatkan lualitas hidup mereka, sampailah kita pada beberapa spesies yang berdefinisi baru:

Tanaman: Tanaman mengakses arus energi cahaya yang mengalir dari matahari dan melalui proses Fotosintesa ia merubah energi cahaya menjadi energi yang disimpan dalam kimia, dan guna membangun sel-selnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan bentuk tubuhnya.

Herbivora:Herbivora makan tanaman dan melepaskan energi kimia yang terkandung melalui proses Metabolisme lalu mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia lainnya yang disebarnya ke seluruh sel-sel tubuh guna membangun, menumbuhkan dan mempertahankan struktur tubuhnya. Otak herbivora mengatur penggunaan energi kimia menjadi energi gerak dan panas melalui jaringan saraf yang rumit. Jaringan ini menyampaikan sinyal listrik, juga dari alat pengindera ke otak ketika harus menyampaikan kebutuhan untuk itu.

Karnivora: Seperti Herbivora, hanya saja ia ambil jalan pintas. ia tidak makan pembawa energi yang rendah kepadatannya, seperti tanaman, melainkan daging binatang lain yang telah tumbuh dan menyimpan energi karena makan tanaman itu atau karnivora lainnya.

Omnivora: Kombinasi Herbivora dan Karnivora, ia makan daging dan tumbuhan.

Burnivora: Seperti Omnivora, dengan perbedaan burnivora menggunakan 10 sampai 1 juta kali lebih banyak energi daripada yang tubuhnya bisa pakai. Burnivora mengakses arus energi melalui proses pembakaran segala jenis pembawa Energi Kimia (Kayu, Batubara, Minyak, Gas) guna melepaskan Energi Panas, dan terkadang sedikit Cahaya. Panas digunakannya untuk memasak makanan agar lebih mudah dicerna, dan untuk membuat udara atau gas mengembang sehingga menciptakan energi kinetik yang menggerakkan sepeda motor, mobil, truk, kapal, pesawat terbang atau roket melaju membawa dirinya atau barang-barang yang ia kira dibutuhkan guna meningkatkan mutu hidupnya.

Apa itu “Electrivore”?
Elektrivora adalah spesies baru hasil evolusi dari Burnivora. Elektrivora telah menguasai akuntansi energi dan telah menyimpulkan gaya hidup lama ala burnivora tidak bisa diteruskan tanpa jadi “kebakaran jenggot”. Mereka menyadari bila mengambil energi dari tingkatan pembawa energi tertinggi, otomatis akan bisa mengembangkan kualitas hidup yang lebih tinggi.

Spesies baru ini telah menjalani gaya hidup yang sepenuhnya berdasarkan energi listrik. Ia pakai listrik untuk mendorong maju sepeda motor, mobil dan kereta, bahkan mungkin nantinya pesawat terbang, untuk transportasinya. Ia juga memasak pakai pemanas dan oven listrik. Untuk komunikasi, informasi dan hiburannya ia menggunakan berbagai peralatan listrik yang sangat efisien.

Lebih penting lagi, ia membangkit listrik melalui cara non-burnivora yaitu dari matahari dengan panel fotovoltaik atau dari panas bumi. Ia pakai pembawa energi kimia hanya sebagai penyimpanan sementara, untuk dikembalikan sebagai energi listrik misalnya untuk menggerakkan mobil atau sepeda motor. Ia akan menciptakan cara penyimpanan listrik yang semakin pintar, tapi teknologi kini sudah cukup baik dan terjangkau untuk sebuah gaya hidup Elektrivora.

Ia akan menanam kembali lahan yang disalahgunakan burnivora dalam mengembangkan biofuel, karena ia sadar bahwa kayu sebagai pembawa energi kimia bisa digunakan untuk tujuan yang lebih tahan lama daripada dibakar, dan bahwa hutan dibutuhkan untuk menyerap kadar tinggi CO2 dan menghasilkan oksigen bagi kebutuhan semua spesies di bumi.

Elektrivora mempunyai masa depan cerah bila menang lawan burnivora yang lebih banyak, dalam pemanfaatan persediaan terakhir energi kimia. Elektrivora ingin membuatnya jadi barang tahan lama, tapi burnivora ingin membakarnya, yang malah akan memblokir akses ke sumber utama energi Elektrivora: matahari.

Kualitas hidup sangat ketergantungan pada cara kita menghasilkan energi. Cara Burnivora yang membakar segala macam bahan untuk kebutuhan energinya adalah satu kegiatan yang mempunyai effek sangat buruk terhadap kualitas hidup. Lingkungan dekat kita terpolusi dan membuat banyak sekali masalah kesehatan; lingkungan global kita juga terpolusi yang mengakibatkan pemanasan bumi dengan segala effek buruknya.

Kunci permasalahan adalah kegiatan "burnivora", dan solusinya adalah menjalani gaya hidup "electrivora".

Yang jelas orang enggan merubah gaya hidupnya; dan dengan gaya hidup electrivore kita tidak perlu berubah; malahan kita boleh mengunakan energi sebanyak-banyaknya selama kita bisa membiayainya; karena pemakaian energi dari sumber panas bumi dan cahaya matahari tidak akan mencemari lingkungan kita. Kontribusi Anda untuk membangun gaya hidup electrivore adalah sbb:
1) Mendidik diri mengenai energi dengan bahan edukasi kami dan jadilah seseorang yang tidak buta energi lagi.
2) Mendidik keluarga dan teman-teman Anda dengan pengetahuan energi baru Anda.
3) Mulai menuntut informasi energi (daya tidak cukup!) pada saat membelanjakan barang listrik; panggil manager toko dan tanyakan kenapa tidak ada informasi listrik pada alat-alat yang dijual. Mintalah manager untuk sampaikan ke management atas agar informasi energi disampaikan secara jelas.
4) Hanya membeli alat-alat yang paling rendah konsumsi energinya.
5) Mulai catat jumlah Energi listrik yang Anda pakai per bulan dalam MJ. (lihat dari rekening PLN jumlah kWh lalu kalikan dengan angka 3,6)
6) Mulai hafalkan harga listrik per MJ (lihat dari rekening PLN berapa harga 1 kWh lalu bagikan dengan angka 3,6)
7) Beli Joule-Counter dan pasangkan ke alat-alat di rumah tangga Anda agar Anda mulai sadar berapa konsumsi energinya dari setiap alat.
8) Hitungkan dan sadarkan diri dengan informasi mengenai alat2 mana yang paling banyak makan energi. Dan coba hitungkan berapa biaya energinya per tahun.
9) Ingatkan biaya energi per tahun yang dapat dihemat dari pengantian alat yang lebih hemat energi.
10) Buatkan target penurunan pemakaian listrik.

Edukasi energi

Apa itu kebutaan energi?
Coba Anda bayangkan seseorang dengan tinggi badan 2,5 meter dan berat badan 40 kilogram. Pasti Anda dapat membayangkan bentuk badan orangnya seperti apa, bukan? Demikian juga orang dengan tinggi badan 1,2 meter dan barat badan 200 kilogram Anda juga pasti dapat membayangkan seperti apa bentuk badannya. Apa artinya? Ini artinya masyarakat tidak “buta jarak” dan tidak “buta berat”. Lain halnya dengan urusan energi. Kita bisa menyatakan bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia, bahkan seluruh dunia mengalami “buta energi”.
Mengapa masyarakat mengalami Buta Energi?
Karena di dunia energi, kalau orang bicara soal energi, tidak pernah menggunakan unit pengukur energi yang semestinya. Sebab itulah masyarakat tidak dapat membandingkan energi listrik dengan energi lain yang berasal dari BBM, seperti minyak tanah dan sebagainya, padahal semuanya adalah energi yang dapat diukur jumlahnya dengan unit Joule.
Mengapa kebutaan energi menjadi masalah?
Karena dengan adanya masyarakat yang masih buta energi, kita tidak bisa membuka mata terhadap energi “alternatif“ yang sebenarnya sangat berlimpahan di negeri kita. Bahkan segala solusi kebijakan bertujuan mengatasi masalah Krisis Energi selama ini menjadi tidak tepat sasaran. Juga kita belum dapat membuat keputusan yang benar dalam hal memilih alat-alat konsumsi energi, seperti alat-alat listrik, alat masak, bahkan mobil. Kesadaran energi masyarakat belum dapat dibangun bila unit pengukur energi belum dikenal oleh mereka.

Inilah tujuan program edukasi Energi ini, supaya masyarakat kita menjadi masyarakat yang Sadar Energi, serta dapat melihat sendiri dan ikut berpartisipasi dalam solusi energi yang paling tepat untuk masa depan yang tidak membahayakan manusia maupun berdampak negatif terhadap lingkungan.
Apa satuan energi yang benar?
Di dunia energi sudah sangat banyak unit energi terdefinisikan tetapi seperti Anda mungkin mengetahui ada satu standar dunia yang dinamakan "metric system" atau sistem metrik, dan disitu unit seperti meter, gram telah distandardisasi; dan untuk semua jenis energi Joule telah menjadi satu "rantai" dengan gram, meter, dsb. Alternatif untuk Joule adalah Kalori dan BTU tetapi unit tersebut adalah bukan bagian dari sistem metrik tapi bagian dari British standard. Indonesia adalah satu negara yang mengikuti Metric Standard maka pengunaan Joule adalah paling tepat dan bahkan sudah diadaptasi di SNI.
Bagaimana memberantas kebutaan energi?
Sederhana saja! Dengan cara mensosialisasikan unit pengukur energi yang standar. Menjadikan Joule sebagai standar untuk semua jenis energi akan menghapus kebutaan kita terhadap energi.

Alasan kita tidak buta jarak dan tidak buta berat dikarenakan kita selalu mengunakan unit pengukur yang sama. Untuk menimbang apel, singkong atau ayam selalu pakai kilogram. Untuk mengukur tinggi badan, panjang meja atau panjang bahan baju selalu mengunakan meter atau sentimeter dan semua orang bisa membayangkan 1 meter kira2 sepanjang apa.

Hal yang sama akan terjadi kalau semua energi diukur dalam Joule (kiloJoule atau MegaJoule). (kilo = seribu; Mega = sejuta)

Kalau kita selalu dengar Joule untuk setiap urusan energi kita mulai membangun sebuah "Database" didalam "memory" kita. Setiap kali kita mendengar angka baru kita langsung bisa menempatkan posisinya dalam database di benak kita dan menilai apakah angkanya besar atau kecil. Kalau misalnya konsumsi energi semua mobil teknologi BBM selama ini yang kita kenal adalah antara 3MJ dan 10MJ per km, lalu ada satu mobil baru yang menyatakan hanya mengkonsumsi 0,3 MJ per km; langsung kita bisa menilai bahwa itu memang lebih irit sekali dibandingkan produk yang selama ini kita kenal.

Mobil bermesin bahan bakar yang beredar di pasaran mengkonsumsi antara 3 s/d 10MJ per km, Mobil berteknologi mesin listrik konsumsi energinya adalah antara 0,3 s/d 0,5MJ per km. Kalau mendengar mobil listrik hanya mengkonsumsi 0,3MJ per km langsung mata kita terbuka lebar.....kok jauh sekali bedanya?! Memang mobil listrik adalah 10 hingga 20 kali lebih irit energi dibandingkan mobil BBM.

Hanya kalau kita mengenal unit energi kita bisa membanding-bandingkan....dan kalau kita sudah bisa menilai dan membandingkan artinya kita sudah tidak lagi buta energi.....

Jadi tidak ada cara lain untuk memberantas kebutaan energi daripada menstandardisasikan unitnya dulu!

Kalau sudah tidak buta energi lagi dan kita sadar mengenai biaya energi per MJ; kita bisa menyimpulkan kalau harga satu MJ listrik misalnya Rp 200 dan 1 MJ BBM juga Rp 200; bahwa menjalankan mobil listrik akan 10 sampai 20 kali lebih murah.

Nah, langsung solusi energi untuk ke depan jadi kelihatan, bukan? Solusinya adalah listrik, dan listrik itu harus dibangkitkan dari sumber yang tidak berpolusi seperti panas bumi dan cahaya matahari.