Kamis, 20 November 2008

RELAKSASI

LASKAR PELANGI

mimpi adalah kunci

untuk kita menaklukkan dunia

telah hilang

tanpa lelah sampai engkau

meraihnya


laskar pelangi

takkan terikat waktu

bebaskan mimpimu di angkasa

raih bintang di jiwa


menarilah dan terus tertawa

walau dunia tak seindah surga

bersukurlah pada yang kuasa

cinta kita di dunia


selamanya…


cinta kepada hidup

memberikan senyuman abadi

walau ini kadang tak adil

tapi cinta lengkapi kita


laskar pelangi

takkan terikat waktu

jangan berhenti mewarnai

jutaan mimpi di bumi


menarilah dan terus tertawa

walau dunia takseindah surga

bersukurlah pada yang kuasa

cinta kita di dunia


selamanya…



download mp3


BUKAN SUPER STAR

Andai aku Pasha Ungu

semua wanita kan memburuku

Bila aku Ariel Peterpan

kau yakin ngefans karena urang keren


Sexy badannya.. Mulan Jameela

cantiknya dia seperti aku

Giring Nidji sahabat aku

dekat denganku.. dialah aku..


Tapi kenyataan aku bukan siapa-siapa

kuingin engkau mencintaiku apa adanya


Ku bukan superstar kaya dan terkenal

Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal

Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi

Ku hanyalah orang yang ingin dicintai


Haa haa haaa… Haa haa haaa…


Andai ku Letto wis pasti aku wong jowo

Tapi kenyataan aku bukan siapa-siapa

kuingin engkau mencintaiku apa adanya


Ku bukan superstar kaya dan terkenal

Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal

Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi

Ku hanyalah orang yang ingin dicintai


Kata orang ku mirip Glenn Fredly

suara merdu, wanita jatuh hati

Namun semua itu hanya mimpi bagimu woohoo~


Jadi… semua itu hanya mimpi?

Ya iya laah… masya ya iya dong

duren aja dibelah bukan dibedong


Ku bukan superstar kaya dan terkenal

Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal

Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi

Ku hanyalah orang yang ingin dicintai


Kamu bukan super, kamu bukan setar

Kalo digabungin kamu bukan supersetarr..

Ku bukan bangsawan, ku bukan priyayi

Ku hanyalah orang yang ingin dicintai

Haa haa haaa… Haa haa haaa…


Anda mau video clipnya untuk di putar di hape anda ( format .3gp )?

Download Video Klipnya disini



download mp3

Rabu, 12 November 2008

Penilain Acuan Patokan

Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Dalam proses penilaian acuan kriteria (PAK), untuk menentukan kelulusan seseorang ditentukan sejumlah kriteria. Bilamana seseorang telah memenuhi kriteria tersebut, ia dinyatakan lulus atau telah menguasai bahan tersebut.
Kriteria dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan isntruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran (kelulusan) ditentukan oleh tingkat kenguasaan tujuan instruksional. Berbeda dengan penilaian acuan norma (PAN), di mana nilai atau kelulusan seseorang ditentukan oleh kelompoknya.
Penilaian dengan pendekatan criteria selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas. Sesuai namanya, yaitu belajar tuntas semua tujuan instruksional yang mudah atau yang sukar, yang penting atau yang kurang penting harus benar-benar dikuasai.
Suatu contoh misalnya dalam belajar tuntas IPA SMK Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa dalam rangka mencapai kompetensi dasar IPA Tingkat I semeste I, setiap peserta didik harus mampu mengidentifikasi obyek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik. Untuk ini, indikator yang dikembangkan dalam silabus adalah:
1. Langkah-langkah metode ilmiah diijelaskan dan masing-masing diberikan contohnya
2. Gejala-gejala alam biotik di lingkungan sekitar diidentifikasi secara cermat dan masalah yang ditemukan dirumuskan dengan jelas.
3. Hipotesis disusun sebagai solusi terhadap masalah yang telah dirumuskan.
4. Rumusan hipotesis memperlihatkan hubungan antar variabel.
5. Rencana penelitian disusun dengan varibel-variabel (manipulasi, respon, dan kontrol) yang akan diukur, prosedur, cara pengumpulan data dan mengolah data diuraikan dengan jelas.
6. Variabel-variabel penelitian diperlakukan dan diukur dengan teliti/akurat, diolah serta simpulan yang dibuat sesuai dengan data.
7. Laporan penelitian ditulis, dikomunikasikan dan hasilnya dipertahankan dengan argumentasi yang sesuai.
Untuk penguasaan yang tuntas atas kompetensi dasar ini, kriteria yang dikembangkan dalam bentuk tujuan pembelajaran antara lain adalah, Siswa SMK harus dapat :
a. Memberikan contoh masalah pada gejala alam biotik.
b. Memberikan contoh hipotesis pada gejala alam biotik.
c. Menyusun rencana penelitian dengan variabel-variabelnya pada gejala alam biotik.
d. Memperlakukan dan mengukur variabel penelitian dengan teliti.
e. Mengolah data hasil penelitian secara cermat
f. Menyajikan data hasil penelitian secara tepat
g. Membuat kesimpulan hasil penelitian dengan benar.
h. Membuat laporan hasil penelitian secara baik.
i. Mempertahankan argumentasi laporan penelitian.
Utk mengukur apakah kesembilan tujuan di atas telah dikuasai oleh peserta didik, maka untuk setiap tujuan harus diukur (dites) tingkat penguasaannya dengan menggunakan butir tes untuk setiap kriteria di atas. Kalau digambarkan dalam bentuk tabel akan diperoleh sebagai berikut:

Tujuan : a b c d e f g h i
Tes : Ta Tb Tc Td Te Tf Tg Th Ti
Tujuan a: Siswa Kelas X SMK dapat memberikan contoh masalah pada gejala alam biotik
Tes a :
1. Apakah yang dimaksud dengan masalah pada gejala alam biotik?
2. Berikan contoh masalah yang berkaitan dengan gejala alam biotik!
3. Bagaimana rumusan masalah pada proses pembusukan buah?
4. Bagaimana rumusan masalah pada kemusnahan harimau jawa?
Dengan demikian untuk mengetahui penguasaan tentang tujuan a dapat ditulis beberapa butir soal. Keempat butir soal di atas mengukur tujuan yang sama, keempatnya disebut tes pararel.
Jika jawaban siswa salah dalam menjawab butir soal 1, berarti ia tidak bisa memberikan contoh gejala alam biotik (tidak bisa menjawab butir soal 2). Sehingga siswa perlu diperjelas tentang masalah pada gejala alam biotik.
Jika siswa salah menjawab butir soal 2, maka siswa itu tidak mengetahui bahwa pembusukan buah adalah gejala alam biotik pada tumbuhan. Sehingga ia mungkin juga akan salah menjawab butir soal 3. Oleh karena itu pengenalan masalah gejala alam biotik pada dunia tumbuhan perlu diperluas atau diperdalam. Ia juga belum mengetahui bahwa musnahnya harimau jawa termasuk gejala alam biotik. Sehingga ia mungkin juga akan salah menjawab butir soal 4. Oleh karena itu pengenalan masalah gejala alam pada dunia hewan perlu diperluas atau diperdalam.
Dengan sejumalh butir soal seperti di atas, kita bisa mengetahui kelemahan siswa untuk tujuan a. Kalau kelemahan siswa sudah diketahui, maka guru dapat memberikan perlakuan khusus untuk mengatasi kelemahan tersebut, bagi siswa yang sudah menguasai dapat dimantapkan penguasaannya pada tujuan tersebut sebelum pindah ke tujuan berikutnya, b.
Alat ukur atau butir tes untuk menentukan penguasaan peserta didik terhadap bahan pembelajaran yang sudah dipelajarinya, dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran. Kalau sekiranya terdapat 60 tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah dipelajari selama satu periode maka untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik dikembangkan 60 butir tes (misalnya pilihan ganda). Ini berarti setiap TIK dibuat satu alat ukur berupa satu tes (obyektif-pilihan ganda). Dengan tersedianya satu alat untuk satu tujuan, maka setelah pengadministrasian dan pengolahan jawaban peserta didik akan dapat dibuat pada penguasaan masing-masing peserta didik terhadap 60 buah tujuan (TIK) yang telah diselesaikan melalui analisis nilai peserta pembelajaran.
Melalui peta jawaban tersebut dapat dibaca tingkat penguasaan setiap peserta didik dan juga dapat dibaca tujuan mana yang telah dikuasai oleh sebagian kecil peserta didik, dan tujuan mana yang hampir semua peserta didik sudah menguasainya.
Dalam pendekatan acuan kriteria (PAK) diharapkan peserta didik menguasai semua tujuan yg telah dibelajarkan, namun dalam kenyataan harapan ini sukar dicapai, sehingga kita perlu ditawarkan adanya batas minimal (kriteria ketuntasan minimum, KKM) tingkat pencapaia tujuan tersebut. Misalnya seorang siswa SMK tingkat I dikatakan menguasai kegiatan belajar IPA kalau minimal 75% dari pertanyaan yang tertuang dalam tes formatif dapat dijawab dengan benar. KKM digunakan untuk syarat melanjutkan pada kegiatan belajar/ materi selanjutnya.
Ada persamaan pengembangan butir soal untuk PAN dan PAK, antara lain keduanya menentukan lebih dahulu hasil kemampuan apa yang akan diukur dan cara pengukuran yang bagaimana yang paling tepat untuk melihat kemampuan tersebut (dengan tes tulis, lisan, pengamatan dan sebagainya)
Pada pengembangan butir soal untuk PAN, tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Butir soal yang dikembangkan tidak seluruhnya mudah dan tidak semuanya harus sukar, tetapi kombinasi butir soal yang mudah, sedang, dan sukar. Sehinggga keseluruhan butir soal tersebut tingkat kesukarannya sekitar 50%. Pada pengembangan butir soal untuk PAK tingkat kesukarannya tidak diperhatikan karena maksud soal ini bukan membedakan anak pintar dari yang kurang pintar, tetapi melihat tingkat penguasaan seseorang terhadap bahan atau tujuan instruksional. Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam PAK, justru yang menjadi perhatian adalah daya serap anak didik. Sebiknya semua bahan atau tujuan instruksional dapat dikuasai oleh siswa (tingkat penguasaan 100%). Jika tidak maka ada lembaga pendidikan yang merasa cukup dengan tingkat penguasaan 75% atau 80%.
Menentukan Nilai Menurut PAK
Di atas telah dicontohkan bahwa tingkat penguasaan minimal (KKM) IPA SMK misalnya 75%. Jika si Amir pada akhir semester menurut daftar nilai guru mendapatkan nilai 85%, 90%, 94%, 82% dan 96% maka nilai rata-rata Amir 89,4%. Angka rata-rata 89,4% dalam skala 1-100 adalah 89,4, dan dalam skala 1-10 menjadi 8,94. Jika nilai matapelajaran IPA tadi harus menggunakan konversi huruf (A, B, C, D, dan E) maka nilai Amir adalah B. Konversi nilainya adalah sbb:
95< = A
86- 95 = B
81-85 = C,
76-80 = D,
<75 = E
Pemanfaatan PAK
Menurut Payne (1974), penerapan PAK dalam hal sebagai berikut:
1. Penempatan seseorang dalam rentetan kegiatan belajar
2. Untuk mendiagnosis kemampuan seseorang dalam pembelajaran. Artinya informasi yang diperoleh melalui diagnosis ini langsung dapat digunakan oleh anak didik untuk mengatur langkah apa yang harus dilakukan, atau guru dapat langsung menentukan keperluan anak didik agar proses pembelajaran membawa manfaat yang lebih bermakna bagi anak didik tersebut.
3. Jika dilakuka secara periodik dDapat digunakan untuk memonitor kemajuan setiap anak didik dalam proses pembelajaran. Secara berkelanjutan dapat diketahui status seseorang dalam satu rentetan kegiatan belajar. Akhirnya dapat memacu atau memotivasi semangat belajar siswa.
4. Kemampuan masing-masing anak didik untuk menyelesaikan kurikulum secara kumulatif akandapat menentuka keterlaksanaan kurikulum.
5. Untuk melacak kemampuan khusus para anak didiknya dalam satu bidang studi.
6. Untuk segera mengetahui kelemahan proyek atau program dan segera dilakukan penyesuaian agar dicapai hasil yang paling optimal.

Selasa, 21 Oktober 2008

TES DAN PENILAIAN

TES, PENGUKURAN DAN PENILAIAN

Bagi sebagian besar pendidik istilah tes, pengukuran, dan penilaian adalah istilah yang sering digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Alat ukur, pengukuran dan penilaian adalah bagian integral dari pembelajaran, yang akan menentukan kualitas pembelajaran. Menentukan hasil pembelajaran diupayakan secara obyektif, adil, dan menyeluruh, oleh karena itu penggunaan alat ukur (tes) yang handal dan terpercaya mutlak untuk diadministrasikan dengan cara-cara yang tepat.
Dalam proses pembelajaran pendidik dan peserta didik masing-masing berupaya mensukseskan tugas utama mereka. Menurut R.M. Thomas, menyebutkan bahwa ada tiga tugas utama yang menjadi perhatian pokok masing-masing pihak, yaitu:
Pihak pendidik:
1. Apa yang perlu diajarkan.
2. Bagaimana cara terbaik untuk mengajarkannya.
3. Seberapa baik hasil yang diajarkan.
Pihak pendidik:
1. Apa saja yang perlu dipelajari.
2. Bagaimana cara terbaik untuk mempelajarinya.
3. Seberapa baik hasil yang dipelajari.

Tes (alat ukur)
Di sekitar kita terdapat berbagai alat ukur dengan fungsi masing-masing. Misalnya mistar untuk mengukur panjang, timbangan untuk mengukur berat dan lain-lain. Dalam penggunaannya masing-masing alat ukur itu tidak dapat dipertukarkan, misalnya timbangan untuk mengukur panjang benda. Selain itu, masing-maisng alat ukur itu juga harus terstandarisasi (patokan bakunya).
Kalau pedagang memiliki alar ukur panjang (meteran), alat ukur berat (timbangan), alat ukur volume (literan) dan lain-lain, maka guru pun tidak hanya memiliki satu jenis alat ukur. Alat ukur yang digunakan oleh guru disebut tes. Jadi guru harus memiliki beberapa macam tes.

Pengukuran (Measurement)
Dengan adanya alat ukur kita bisa melakukan pengukuran. Seringkali hasil pengukuran ada perbedaan bilamana diukur dua kali dengan alat ukur yang sama. Misalnya ketika kita membeli 10 liter beras kalau diukur oleh orang dengan menggunakan literan yang sama hasilnya tidak persis 10 liter. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh kecurangan atau kekurangmampuan dalam menggunakan alat ukur.
Peristiwa pengukuran di atas yang dilakukan pedagang beras, bisa terjadi juga pada pengukuran hasil belajar. Kecurangan pengukuran hasil belajar dapat terjadi pada pihak pendidik dan peserta didik. Untuk mengurangi tingkat kecurangan ini, maka diperlukan rambu-rambu pengaman agar kesempatan berbuat curang semakin sempit, misalnya dengan pengawas ganda, pembatasan jumlah peserta tiap ruang ujian, pembedaan soal ujian, dll.

Penilaian (Evaluation)
Kegiatan penilaian merupakan kegiatan tindak lanjut dari adanya alat ukur (tes), dilaksanakannya pengukuran yang membuahkan hasil pengukuran. Keputusan mengenai penilaian tidak semata-mata didasarkan pada hasil pengukuran tetapi ada unsur pertimbangan dari pihak guru. Pertimbangan profesional guru dalam menentukan nilai tidak dapat ditiadakan.

Pentingnya Tes, Pengukuran dan Penilaian
Pada manusia terdapat perbedaan individual. Melalui tes, pengukuran, dan penilaian, perbedaan individu itu dapat dibuktikan. Perbedaan tersebut tidak hanya dalam tingkat kecerdasan atau waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pembelajaran, tetapi juga perbedaan dalam sikap, minat, temperamen, karakter, dan penyesuaian pada lingkungan. Oleh karena itu setiap individu terutama bagi para pendidik harus mengetahui kualitas setiap anak didiknya (kelompok didik asuhannya). Tes, pengukuran, dan penilaian dapat menentukan kualitas tersebut. Semakin banyak yang diketahui tentang individu/kelompok, keputusan yang diambil dan atau dilakukan semakin sesuai untuk yang bersangkutan. Akana tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh:
1. Mengukur dengan tepat apa yang seharusnya diukur, artinya apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Contohnya, sekiranya yang akan diukur adalah disiplin mengenai peraturan sekolah, yang akan diukur adalah sikap peserta didik, bukan kecerdasannya. Caranya dengan memberikan angket skala sikap kepada peserta didik, dan diadakan pengamatan secara terus menerus dan diberi pembinaan.
2. Diperlukan pengukuran yang akurat, misalnya akan mengukur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu tugas harus jelas apakah diukur dalam menit atau detik atau persepuluh detik. Pengukuran setepat ini memerlukan alat ukur (jam) yang memiliki detikan atau persepuluh detikan. Menilai hasil lukisan siswa harus dirinci dan disepakati oleh penilai apa saja yang akan diukur dan dinilai, misalnya kebersihan, komposisi warna, kesan dibalik gambar tersebut, dll.
3. Tingkat ketelitian dalam pengukuran. Misalnya seorang guru menyatakan si A lebih pinar dari si B. Pernyataan kualitatif seperti ini masih kabur. Lain halnya kalau dinyatakan si A dapat menjawab 75% pertanyaan yang diberikan, sedangkan si B 90%. Dengan persentase ini jelas dapat diukur perbedaan penguasaan mereka, dan yang lebih penting lagi dapat diketahui apa saja yang belum dikuasai masing-masing.

Prosedur, Teknik, dan Pendekatan Penilaian
Prosedur Penilaian

Hasil penilaian digunakan untuk membuat suatu keputusan, misalnya penilaian hasil belajar di sekolah digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam menguasai berbagai kemampuan yang dirancang berdasarkan kurikulum, penilaian suatu proyek bermuara pada suatu keputusan mengenai keberhasilan mencapai tujuan yang dirancang sejak semula. Dengan kata lain pelaksanaan penilaian tidak bisa lepas dari tujuan kegiatan yang dinilai. Jadi untuk melakukan penilaian prosedur pertama yang harus dikerjakan adalah menentukan tujuan kegiatan atau sasaran yang akan dinilai. Prosedur lainnya adalah penentuan alat ukur yang tepat, mengembangkan kisi-kisi (blue print), pengumpulan data, pengolahan data, dan pelaporan.
a. Menentukan tujuan.
Setiap sasaran penilaian sudah ada tujuannya. Contohnya, penilaian hasil belajar di sekolah, sasarannya adalah peserta didik yang mengikuti pembelajaran. Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran satu bulan ingin diketahui apakah tujuan pembelajaran selama satu bulan sudah dikuasai peserta didik. Tujuan pembelajaran ini tertulis dalam kurikulum, guru menjabarkan dalam satuan pelajaran/persiapan mengajar menjadi indikator atau tujuan instruksionl khusus (TIK). Dari tujuan khusus inilah penilai memilih tujuan yang penting yang harus diukur ketercapaiannya. Indikator atau tujuan yang dirumuskan secara operasional akan membantu penilai dalam mengembangkan kegiatan selanjutnya.
b. Memilih alat ukur yang tepat.
Berpedoman pada indikator (TIK) yang direncanakan dan disampaikan dalam proses pembelajaran, penilai dapat memilih atau mengembangkan alat ukur yang dapat mengukur keberhasilan pencapaian indikator tersebut. Kalau dalam pembelajaran dikembangkan ketiga ranah pembelajaran, maka dalam kegiatan pengukuran harus disediakan alat ukur yang mengukur proses berpikir, ketrampilan dan afektif.
c. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data atau mengadministrasikan alat ukur atau melaksanakan pengukuran bukanlah hanya sekedar memberikan buku tes, angket, namun pelaksana lapangan harus dilatih sehingga setiap petugas memiliki persepsi yang sama dan bertindak seragam dalam kegiatan pengadministrasian ini. Materi yang tercantum dalam alat ukur terutama yang diperkirakan akan menimbulkan keragu-raguan atau pertanyaan, harus dibahas dengan tuntas dalam pelatihan.
d. Mengolah data dan menulis laporan
Informasi yang terkumpul baik melalui tes maupun non tes harus diolah (diperiksa). Pengolahan data harus dilaksanakan seobyektif mungkin dengan berpedoman pada pengolahan yang disediakan. Memeriksa tes bentuk obyektif tidak memakan waktu lama dan hasilnya obyektif (apa adanya). Namun mengolah tes bentuk uraian ataupun alat ukur yang non tes memerlukan waktu yang cukup lama dan diharapkan pemeriksa dapat bertindak obyektif. Jika tes hasil belajar terdiri dari tes bentuk obyektif dan bentuk uraian terbatas, bobot kedua bentuk tes ini harus dipertimbangkan sesuai dengan peran pokok bahasan yang diukur oleh butir soal tersebut. Untuk tes bentuk pilihan ganda penerapan formula tebakan (guessing formula) perlu dipertimbangkan.

Teknik Penilaian
Pemilihan teknik dalam melaksanakan penilaian tergantung berbagai hal antara lain; maksud penilaian, waktu yang tersedia dan kemampuan yang ingin dinilai. Beberapa teknik penilaian dan hubungannya dengan materi yang dinilai misalnya:
1. Materi: Pengetahuan tentang fakta menggunakan Teknik penilaian : tes tertulis atau lisan.
2. Materi: Kemampuan tentang prosedur menggunakan Teknik penilaian : tes perbuatan
3. Materi: Hubungan individual menggunakan Teknik penilaian : observasi. Dll.

Pendekatan Penilaian
Penentuan nilai kahir peserta didik di Indonesia lebih sering menggunakan pendekatan acuan relatif/norma (PAN). Artinya nilai seseorang peserta didik ditentukan oleh kemampuan kelompoknya. Misalnya ; satu kelas terdiri 40 siswa, nilai hasil belajar si A di kelas itu didasarkan kemampuan kelompok itu. Misalnya si A mendapatkan skor tertinggi dalam pelajaran IPA yaitu dapat menjawab dengan tepat 60% dari semua kegiatan IPA selama semester tersebut. Siswa lainnya di bawah 60%, maka nilai rapor untuk IPA si A mendapatkan angka 10 (rentang 1-10).
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan acuan patokan (PAP) atau pendekatan acuan kriteria (PAK). Pendekatan ini menyatakan nilai peserta didik sesuai dengan banyaknya butir tes yang dijawab benar. Misalnya untuk kasus di atas, maka berdasarkan PAK angka rapor IPA si A pada semester tersebut hanya 6, bukan 10 (rentang 1-10).
Pengembangan butir soal untuk PAN berbeda dengan butir soal untuk PAK. Perbedaan ini terutama diterapkan pada saat mengembangkan kisi-kisi. Butir soal untuk PAN, tingkat kesukaran butir soal (mudah, sedang dan sukar) selalu diperhitungkan. Pada PAK butir soal yang ditanyakan hanya yang mengukur indikator atau TIK yang penting saja.