Tampilkan postingan dengan label EKSES MEMBAKAR SAMPAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label EKSES MEMBAKAR SAMPAH. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 Agustus 2008

EKSES MEMBAKAR SAMPAH

Apa Akibatnya Dari Pembakaran Sampah di Pekarangan Rumah Tangga dan Pembakaran/Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan
Oleh: Yohan Sumaiku
(1) Pendahuluan
Mungkin sudah sering sekali orang menulis mengenai topik ini. Meskipun begitu saya mencoba memberanikan diri untuk menulis topik ini untuk memberikan tambahan informasi bagi para pakar yang sudah mengetahuinya.
Tulisan ini ingin sekedar membicarakan masalah kita bersama dimana pembakaran sampah diudara terbuka bisa memberikan dampak kesehatan karena gas gas racun (dioksin dan furan) yang diproduksi dari pembakaran sampah tersebut. Tulisan ini juga disertai beberapa usulan usulan yang mungkin sebahagian sudah dijalankan oleh kita.

(2) Sampah rumah tangga yang dibakar di udara terbuka

Sebuah keluarga didaerah yang jauh dari kota besar di Amerika (daerah rural) yang beranggotakan empat orang membakar sampah rumah tangga mereka didalam drum dipekarangan belakang rumah mereka. Asap pembakaran sampah ini (catat: dari satu rumah tangga) menghasilkan racun udara dioksin dan furan yang sama banyaknya dengan racun udara yang dikeluarkan oleh mesin pembakar sampah rumah tangga (biasa disebut Municipal Waste Combustor, atau MWC, atau incinerator) yang sanggup melayani puluhan ribu rumah tangga. Ini adalah praktek biasa sehari hari yang dilakukan oleh masyarakat Amerika didaerah rural. Laporan dari U.S. Environmental Protection Agency (US-EPA) dan Departemen Kesehatan Negara Bagian New York mengatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga didalam pekarangan adalah salah satu sumber polusi yang paling parah di Amerika.
Dari hasil penelititan yang intensif dalam beberapa tahun terakhir ini dikatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga pada kondisi pembakaran dan suhu yang rendah dapat menimbulkan gas racun dioksin dan furan, demikian dikatakan oleh Paul Lemieux, Ph.D., salah seorang peneliti dari National Risk Management Research Laboratory, US-EPA.
Pengukuran emisi dari pembakaran sampah rumah tangga didalam sebuah drum berukuran 200 liter telah dilakukan di Carolina Utara ditempat percobaan fasilitas pembakaran dari EPA. Sampah yang dibakar adalah sampah yang biasanya dibakar oleh sebuah rumah tangga yang terdiri dari surat kabar bekas, buku, majalah, surat, karton, karton susu, sampah makanan, beberapa jenis plastik, kaleng dan botol. Oli gemuk, minyak bekas, ban bekas, dan bahan cat atau bahan rumah tangga yang bersifat bahan berbahaya dan beracun (B3) tidak diikut sertakan didalam percobaan tersebut.
Sesudah itu, hasil pembakaran percobaan ini dibandingkan dengan hasil pembakaran dari alat pembakaran rumah tangga yang terkendali (MWC/incinerator) yang menghasilkan dioksin yang lebih kecil daripada yang ditetapkan oleh EPA. Ternyata hasil pembakaran rumah tangga ini menghasilkan senyawa polychlorinated seperti dioksin didalam jumlah yang sangat jauh lebih besar daripada hasil pembakaran alat MWC yang sanggup melayani puluhan ribu sampah rumah tangga.
Dibanyak daerah di Amerika Serikat, pembakaran sampah diudara terbuka sudah dilarang. Daerah yang masih diperbolehkan membakar sampah diudara terbuka adalah daerah rural. Racun udara dioksin dengan jelas memperlihatkan efek kesehatan terhadap binatang percobaan seperti pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal.
(3) Dioksin dan Furan, dan dampaknya terhadap kesehatan.
Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). PCDD dan PCDF bukanlah produk kimia yang dikomersilkan, tetapi produk sampingan yang secara tidak sengaja terjadi didalam banyak proses pembakaran dan beberapa proses industri kimia. PCB dengan sengaja diproduksi secara komersil dalam jumlah besar sampai produksi tersebut dilarang ditahun 1977. Di Amerika Serikat, tingkat dioksin sudah menurun terus sejak awal tahun 1970-an sebagai akibat dari aksi aksi pembersihan serta peraturan dari negara bagian dan pusat. Meskipun begitu, tingkat dioksin yang ada sekarang masih harus tetap menjadi perhatian.
Dioksin bersifat ada terus menerus (persistent) dan terakumulasi secara biologi (bioaccumulated), dan tersebar didalam lingkungan dalam konsentrasi yang rendah. Tingkat konsentrasinya rendah, sampai parts per trillion (satu per 10 pangkat 12), terakumulasi sepanjang kehidupan dan ada terus bertahun tahun, walaupun tidak ada penambahan lagi kedalam lingkungan. Hal ini bisa meningkatkan risiko terkena kanker dan efek lainnya terhadap binatang dan manusia.
Dioksin termasuk kedalam kelas bahan yang bersifat carcinogen (yang menyebabkan kanker). Efek samping dioksin terhadap binatang adalah perubahan sistim hormon, perubahan pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan penekanan terhadap sistim kekebalan tubuh. Efek samping dioksin terhadap manusia adalah perubahan kode keturunan (marker) dari tingkat pertumbuhan awal dari hormon. Pada dosis yang lebih besar bisa mengakibatkan sakit kulit yang serius yang disebut `chloracne.'
Dioksin dapat terdeteksi di udara, tanah, lapisan sedimen dan makanan. Dioksin ditranspor terutama melalui udara dan terkumpul dipermukaan tanah, bangunan, jalanan, kaki lima, air dan daun daunan. Kebanyakan dioksin berasal dari produksi sampingan dari suatu pembakaran.
Dioksin banyak dikeluarkan oleh sumber sumber sbb.:
• Tempat pembakaran sampah perumahan (MWC, incinerator)
• Pembakaran sampah rumah tangga dipekarangan/udara terbuka
• Pemakaian kayu bakar untuk masak
• Kebakaran hutan
• Tempat pembakaran bekas alat alat kedokteran
• Peleburan tembaga tahap kedua
• Tempat pengeringan semen di pabrik semen (cement kiln)
• Pembangkit listrik tenaga batubara
• Pemutihan (dengan bahan khlor) bubur kayu dipabrik pembuatan kertas
Kebanyakan kita ter expose (terkena) dengan dioksin dari makanan yang kita makan khususnya dari lemak binatang yang berhubungan dengan daging sapi, babi, unggas, ikan, susu, dan produk produk susu.
Disamping dioksin dan furan, pembakaran sampah didalam udara terbuka juga menimbulkan kabut asap yang tebal yang mengandung bahan bahan lainnya seperti partikel debu yang kecil kecil yang biasa disebut particulate matter (PM) serta bahan bahan racun lainnya. Particulate Matter ini bisa berukuran 10 mikron (kira kira sama dengan rambut kita yang dibelah tujuh), biasa disebut PM10. Alat saring pernafasan kita tidak sanggup menyaring PM10 ini, sehingga PM10 ini bisa masuk kedalam paru paru kita dan bisa mengakibatkan sakit gangguan pernafasan (astma dan paru paru, dlsb.)
(4) Masalah Kita Bersama
Kita masih banyak melihat pembakaran sampah dipekarangan rumah rumah tangga setiap hari, dan ini kelihatannya merupakan hal yang biasa. Apabila kita terbang dengan pesawat udara dari Jakarta kedaerah lain, ketika pesawat mau naik atau mau mendarat, kita melihat banyak sekali halaman halaman rumah penduduk membakar sampah mereka. Bisa kita bayangkan berapa banyak polusi udara yang ditimbulkan setiap harinya dari hasil pembakaran sampah ini.
Didalam jangka waktu yang pendek, kelihatannya cara cara ini lebih praktis dan lebih mengirit ketimbang harus menjalankan proses daur ulang yang panjang.
Didalam jangka waktu yang panjang, cara cara seperti ini sebenarnya lebih merugikan individu yang bersangkutan, komunitas, dan negara secara keseluruhan. Polusi yang kelihatannya sedikit ini, lama lama menjadi bukit. Polusi ini perlahan lahan akan membuat sebagian orang yang seharusnya hidup sehat menjadi sakit, antara lain sakit gangguan pernafasan (astma, paru paru dll.). Orang orang tersebut yang seharusnya bisa bekerja 8 jam per hari tanpa sakit sepanjang tahun, bisa bekerja kurang dari 8 jam per hari dan sakit beberapa hari per tahunnya. Orang tersebut dirugikan karena kehilangan upah hariannya ditambah harus keluar biaya membayar mantri/dokter dan membeli obat. Disamping itu, masih ada lagi kerugian lainnya bagi individu yang sakit itu. Dia kehilangan kenikmatannya dimana dia seharusnya bisa menikmati hari liburnya (misalnya Sabtu dan Minggu) bersama anak dan isterinya, karena sakit, harus diam dirumah. Kehilangan kenikmatan sejenis ini, kalau kita mau, masih bisa digambarkan dalam bentuk uang. Secara keseluruhan negara juga dirugikan karena mempunyai rakyat yang sebagian tidak bisa kerja efisien karena sakit. Ditambah lagi negara harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengurus dan mengobati rakyat yang sakit gangguan pernafasan. Belum lagi dihitung biaya pengobatan untuk rakyat yang menderita kanker paru paru.
Jadi, kalau dilihat secara kasarnya (tanpa perhitungan ekonomi yang detail), lebih banyak ruginya ketimbang untungnya. Sekedar sebagai informasi tambahan, penyakit paru-paru adalah penyakit penyebab kematian nomor 3 di Amerika Serikat dengan total penduduk sekitar 280 juta jiwa, dan setiap tahun ada sekitar 335.000 orang meninggal karena sakit paru paru dan ada sekitar 30 juta orang yang menderita sakit paru paru kronis. Biaya untuk menanggulangi penyakit pneumonia, influenza, kondisi pernapasan akut, dan asthma adalah 34.2 milyar dollar pertahunnya, atau 324.900 milyar rupiah dengan nilai tukar US$1.00=Rp.9500.00. Angka didalam rupiah ini mungkin tidak 100 prosen tepat, tetapi paling tidak cukup mendekati, karena banyak obat obatan dan alat alat pengobatan yang diproduksi masih mengandung banyak komponen impor yang dinilai didalam dollar. Disamping itu jumlah penderita penyakit yang sama di Indonesia kemungkinan besar jumlahnya lebih besar dari jumlah penderita penyakit yang sama di Amerika Serikat.
Bagaimana kita mengatasi masalah kita bersama ini?
Masalah lingkungan sebenarnya bukanlah masalah yang kompleks kalau kita mau memperhatikannya semenjak dini. Kalau kita ambil contoh sebuah rumah tangga, masalah lingkungan ini mirip seperti bagaimana kita merawat rumah tangga kita, lantai disapu dan di pel, yang pakai karpet lantainya di vakum. Pakaian sehari hari dicuci, mandi tiap pagi dan sore, sikat gigi. Air ledeng kalau tidak perlu dipakai dimatikan, lampu listrik kalau tidak dipakai dimatikan. Semua ini kita biasa lakukan dirumah, dan kalau kita lakukan setiap hari, lama lama menjadi kebiasaan yang baik. Coba bayangkan kalau kita tidak menjalankan kebiasaan baik ini, setelah satu tahun, bagaimana keadaan rumah kita, bagaimana dengan kesehatan kita? Berapa biaya yang kita harus keluarkan untuk memperbaiki rumah yang rusak dan badan yang sakit? Sekali lagi, ini hanya sekedar contoh, kami percaya bahwa para pembaca yang budiman sudah pasti sudah menjalankan ini semua. Sekarang bagaimana dengan sebuah negara yang terdiri dari kumpulan rumah tangga kita ini. Tentunya persoalan tidak sesederhana seperti sebuah rumah tangga.
Didalam tulisan ini ada beberapa usulan (yang mungkin sebahagian sudah dilaksanakan). Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan kita ada beberapa jalan yang perlu kita jalankan semua secara simultan.
Jalan jalan tersebut yaitu melalui:
4.1. Jalur Pendidikan
4.2. Perundang undangan
4.3. Pelaksanaan Undang Undang
4.4. Teknologi
4.1. Jalur Pendidikan
Pendidikan dapat dilakukan didalam jalur informal (didalam rumah tangga dan tempat tempat ibadah) dan jalur formal melalui sistim sekolah yang dimulai dari Taman Kanak Kanak sampai dengan Universitas. Melalui penjelasan penjelasan yang diberikan oleh Kantor Kantor Lingkungan kepada komunitas setempat. Misalnya penjelasan mengenai akibat dari gas beracun seperti dioksin, furan, PM10, dll. kepada kesehatan manusia terutama sakit pernapasan. Berapa besar biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk merawat rakyat yang sakit pernapasan, dan berapa besar sebuah rumah tangga harus mengeluarkan biaya untuk mengobati sakit pernapasan. Semenjak kecil anak anak diajarkan dirumahnya maupun disekolah untuk cinta lingkungan dan sadar lingkungan, melalui peragaan, film film, dan yang terutama ialah orang tua memberikan contoh yang baik kepada anak anak didalam rumah tangganya masing masing.
4.2. Perundang undangan
Kelihatannya kita sudah mempunyai undang undang yang cukup lumayan lengkap. Misalnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab III, Pasal 7, Ayat 1 mengatakan "Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan." Yang dimaksudkan dengan `bidang usaha' disini tidak harus selalu orang yang menjalankan usaha industri, sebuah rumah tanggapun bisa dimasukkan kedalam kategori sebuah usaha rumah tangga. Karena ada orang tua dan anak anak, usaha rumah tangga adalah usaha untuk menghidupkan rumah tangga, membesarkan, mendidik, menyekolahkan anak anak dlsb. Untuk ini semua diperlukan energi, dan hasil pembakaran energi menghasilkan polusi.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-02/MENKLH/I/1988 Tanggal 19 Januari 1988, kita juga sudah mempunyai batasan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi. Didalam hal ini baku mutu udara emisi tidak harus selalu diterapkan kepada industri saja, bisa juga diterapkan kepada industri rumah tangga. Apabila sebuah rumah tangga memproduksi polusi dalam jumlah yang kelihatan kecil padahal cukup berarti, maka untuk ribuan rumah tangga akan menimbulkan polusi yang cukup berarti bagi lingkungan rumah tangga tersebut.
4.3. Pelaksanaan Undang Undang
Dari berita berita dibeberapa surat kabar terlihat bahwa masih banyak pelanggaran undang undang lingkungan dan juga pelanggaran perijinan lingkungan. Dengan keterbukaan pers dimasa reformasi ini, sekarang kita bisa membaca/mendengar tentang masih banyaknya industri yang belum terlalu sadar lingkungan. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga bisa kita lihat dari 10 penyakit terbesar sakit pernapasan menduduki peringkat ke-5 (13% dari populasi) sesudah sakit infeksi kulit, demam (fever), scabies, dan diarrhea. Ada kira kira 27 juta rakyat Indonesia yang mengalami penderitaan sakit pernapasan dikarenakan polusi udara. Polusi udara terjadi karena asap buangan idustri, kebakaran hutan secara sengaja dan tidak sengaja, dan juga sistim ventilasi udara didalam rumah tangga yang kurang baik. Sebuah contoh yaitu polusi udara yang ditimbulkan oleh pabrik semen yang berlokasi di Cibinong.
4.4. Teknologi
Melalui teknologi kemungkinan masalah lingkungan yang kita hadapi bisa diselesaikan dengan lebih cepat lagi. Tetapi tentunya teknologi membutuhkan biaya. Diperbanyaknya pemasangan alat alat incinerator sampah disetiap daerah.
Ada teknologi yang kita tidak harus impor dari luar negeri. Kita bisa buat sendiri dan tentunya akan memakan biaya lebih kecil daripada impor dari luar negeri. Misalnya tungku masak yang masih banyak dipakai oleh rumah tangga rumah tangga bisa di desain supaya polusinya lebih kecil dan panasnya lebih efisien (tidak terbuang percuma) dan bahan bakarnya dibuat dari coal bricket. Disediakan tempat tempat sampah dengan kotak yang terpisah pisah untuk bahan kertas, plastik, aluminium, dan sampah makanan. Diperbanyaknya tanda tanda serta simbol simbol diberbagai tempat keramaian agar supaya masyarakat menyayangi lingkungannya. Dilakukan pencatatan rutin dibanyak lokasi setiap tahunnya, misalnya pencatatan kadar asap atau debu dan zat zat lainnya diudara (biasanya PM10 atau PM2.5, CO2, SO2, NOx, Timah Hitam/timbal/lead). Nanti akan terlihat setelah beberapa tahun akan ada penurunan yang berarti bahwa program pembersihan lingkungan berhasil. Disurat surat kabar diberitakan, misalnya tahun 2000 polusi udara dari sebuah daerah atau kota melebihi ambang batas untuk sekian hari, dan tahun berikutnya mengalami penurunan yang berarti ada perbaikan lingkungan berkat hasil program lingkungan. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai jangan membuang sampah sembarangan dan jangan membakar sampah sembarangan, pendidikan masalah lingkungan kepada anak anak disekolah serta usaha lainnya.
Ada pencatatan rutin dari tahun ketahun mengenai jumlah penduduk yang terserang sakit pernafasan. Apakah jumlah penduduk yang terserang sakit pernafasan berkurang setiap tahunnya atau bertambah. Dari sini kita bisa melihat apakah program penurunan polusi udara berhasil atau tidak.
(5) Kesimpulan
Masalah lingkungan adalah masalah kita bersama yang kita harus jaga kebersihan dan kesehatannya. Melalui perawatan rutin hari lepas hari, biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih kecil dari pada menunggu sampai lingkungan kita rusak parah dan akan memakan biaya yang besar sekali. Mengelola lingkungan dengan mengatur diri sendiri melalui kesadaran yang diperoleh dari jalur pendidikan dirumah dan dimasyarakat memberi hasil yang lebih baik dari pada sistim command-and-control karena aparat hukum yang masih sarat dengan KKN.
Mudah mudahan tulisan sederhana ini bisa membuat kita semakin mencintai lingkungan kita.
Sumber Pustaka:
(1) Kantor Environmental Protection Agency Amerika Serikat (US-EPA)
(2) Environmental News Service
(3) Guntingan guntingan berita dari harian harian Indonesia
Penulis adalah Environmental Specialist dari Fort Collins, Colorado, Amerika Serikat
E-mail: sumaikuy@aol.com

Sabtu, 31 Mei 2008

Bencana Alam & Tanggung Jawab Sosial

Bencana dan Tanggung Jawab Sosial Kita
Senin, 29 Oktober 2007 8:13 WIB

Kaum muslimin sidang Jum’ah yang berbahagia

Berbagai bencana mendera bangsa kita, dan mengharuskan kita untuk introspeksi. Karena semuanya toh karena ulah manusia itu sendiri.

Tanah longsor, banjir, serta musibah kapal tenggelam dan pesawat jatuh, kini melanda bangsa kita di awal tahun. Di berbagai daerah, ancaman bencana alam banjir dan longsor tetap mengintai beberapa minggu ke depan.

Tapi, kini, banyak orang berdalih dan menyalahkan cuaca dan alam. Katanya cuaca sedang buruk, dan alam sedang memasuki musim penghujan yang sangat buruk. Tapi sebetulnya perilaku kita sendiri terhadap lingkunganlah yang perlu harus kita waspadai.

Banyaknya hutan yang dibabat habis hingga melahirkan longsor dan banjir adalah sebagian ulah manusia yang rakus terhadap alam dan lingkungan. Kelalaian dan keteledoran dalam mengantisipasi dan menghadapi segenap cuaca juga berimplikasi pada sistem transportasi laut dan udara kita, sehingga muncul musibah terhadap sjeumlah kapal yang tenggelama dan kasus jatuhnya pesawat milik maskapai Adam Air di darah Sulawesi Barat.
Dalam pandangan agama kita, musibah dan bencana yang kita alami ini boleh jadi merupakan ujian dari Allah SWT. kepada kita semua untuk menguji keimanan dan kesabaran kita seperti firman Allah:

الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ {156} أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ {157)* إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَأِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. al-Baqarah: 155-157)
Akan tetapi musibah ini bisa juga merupakan hukuman (‘uqubah) yang diberikan Allah kepada kita karena mulai dari kelalaian kita hingga kerakusan dan ketamakan kita terhadap alam. Seperti yang ditegaskan dalam firman Allah:

وَمَآأَنتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي اْلأَرْضِ وَمَالَكُم مِّن دُونِ اللهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَنَصِيرٍ
“Dan musibah apapun yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. asy-Syura: 30).

Kaum muslimin sidang Jum’ah yang berbahagia
Bencana yang kita alami sekarang ini, boleh jadi merupakan adzab Allah kepada kita karena kerakusan dan ketamakan terhadap alam sekitar kita. Dosa dan kesalahan jangan sampai kita timpakan kepada anak cucu kita.

Coba kita simak firman Allah berikut: “Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (Nya). (QS. Al-An’am: 65)

Kaum muslimin sidang Jum’ah yang berbahagia

Ayat ini mengingatkan kepada kita, karena sebab kekufuran kita kepada Allah, maka Allah SWT. mengancam kita dengan tiga macam azab. Petama: azab dari atas, kedua, azab dari bawah, dan ketiga, azab berupa konflik antara kita sehingga mengakibatkan perpecahan.

Azab dari atas: bisa berupa taufan ganas yang membakar hutan, atau badai yang menurunkan hujan yang membawa bencana dan mengancam kehidupan kita. Pada umat terdahulu, azab itu berupa halilintar yang menghancurkan penentang Nabi Luth a.s. atau butir-butir api yang memporak porandakan tentara gajah yang terjadi di zaman kelahiran Nabi Muhammad saw.
Azab dari bawah : bisa muncul dalam bentuk banjir, gempa dan gunung meletus. Banjir seperti yang menenggelamkan umat Nabi Nuh a.s. atau gempa bumi seperti yang menenggelamkan Qarun, atau gunung meletus.

Dan tentu saja turunnya azab itu tidak terjadi tanpa sebab, tapi ada beberapa sebab yang mesti diperhatikan seperti yang dijelaskan Ibnu Abbas a.s. dan Imam Qatadah.
Ibnu Abbas a.s. dan Qatadah menjelaskan bahwa yang dimaksud azab dari atas adalah siksaan karena kekejaman para pemimpin, kelaliman para pembesar negara, atau keserakahan orang-orang di atas kita.

Sementara azab dari bawah; kekejaman yang dilakukan oleh rakyat dari kelas bawah berupa kerusuhan, kekacauan, perampokan, penodongan, dan penjarahan. Sedangkan azab dari sesama kita; perpecahan yang menimbulkan bentrokan antara golongan, saling membunuh, saling menyerang dan saling membinasakan.
Menurut Jabir bin Abdullah, ketika Rasulullah Saw. membawa ayat: “Katakanlah, Allah berkuasa untuk mengirim kepada kamu azab dari atas”, beliau memohon perlindungan kepada Allah SWT. “A’uzu bi wajhika” (Aku berlindung kepada-Mu).
Sumber http://www.dmijatim.or.id/index.php?mn=vkhutbah&idkh=18