Tampilkan postingan dengan label TES DAN PENILAIAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TES DAN PENILAIAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Oktober 2008

TES DAN PENILAIAN

TES, PENGUKURAN DAN PENILAIAN

Bagi sebagian besar pendidik istilah tes, pengukuran, dan penilaian adalah istilah yang sering digunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Alat ukur, pengukuran dan penilaian adalah bagian integral dari pembelajaran, yang akan menentukan kualitas pembelajaran. Menentukan hasil pembelajaran diupayakan secara obyektif, adil, dan menyeluruh, oleh karena itu penggunaan alat ukur (tes) yang handal dan terpercaya mutlak untuk diadministrasikan dengan cara-cara yang tepat.
Dalam proses pembelajaran pendidik dan peserta didik masing-masing berupaya mensukseskan tugas utama mereka. Menurut R.M. Thomas, menyebutkan bahwa ada tiga tugas utama yang menjadi perhatian pokok masing-masing pihak, yaitu:
Pihak pendidik:
1. Apa yang perlu diajarkan.
2. Bagaimana cara terbaik untuk mengajarkannya.
3. Seberapa baik hasil yang diajarkan.
Pihak pendidik:
1. Apa saja yang perlu dipelajari.
2. Bagaimana cara terbaik untuk mempelajarinya.
3. Seberapa baik hasil yang dipelajari.

Tes (alat ukur)
Di sekitar kita terdapat berbagai alat ukur dengan fungsi masing-masing. Misalnya mistar untuk mengukur panjang, timbangan untuk mengukur berat dan lain-lain. Dalam penggunaannya masing-masing alat ukur itu tidak dapat dipertukarkan, misalnya timbangan untuk mengukur panjang benda. Selain itu, masing-maisng alat ukur itu juga harus terstandarisasi (patokan bakunya).
Kalau pedagang memiliki alar ukur panjang (meteran), alat ukur berat (timbangan), alat ukur volume (literan) dan lain-lain, maka guru pun tidak hanya memiliki satu jenis alat ukur. Alat ukur yang digunakan oleh guru disebut tes. Jadi guru harus memiliki beberapa macam tes.

Pengukuran (Measurement)
Dengan adanya alat ukur kita bisa melakukan pengukuran. Seringkali hasil pengukuran ada perbedaan bilamana diukur dua kali dengan alat ukur yang sama. Misalnya ketika kita membeli 10 liter beras kalau diukur oleh orang dengan menggunakan literan yang sama hasilnya tidak persis 10 liter. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh kecurangan atau kekurangmampuan dalam menggunakan alat ukur.
Peristiwa pengukuran di atas yang dilakukan pedagang beras, bisa terjadi juga pada pengukuran hasil belajar. Kecurangan pengukuran hasil belajar dapat terjadi pada pihak pendidik dan peserta didik. Untuk mengurangi tingkat kecurangan ini, maka diperlukan rambu-rambu pengaman agar kesempatan berbuat curang semakin sempit, misalnya dengan pengawas ganda, pembatasan jumlah peserta tiap ruang ujian, pembedaan soal ujian, dll.

Penilaian (Evaluation)
Kegiatan penilaian merupakan kegiatan tindak lanjut dari adanya alat ukur (tes), dilaksanakannya pengukuran yang membuahkan hasil pengukuran. Keputusan mengenai penilaian tidak semata-mata didasarkan pada hasil pengukuran tetapi ada unsur pertimbangan dari pihak guru. Pertimbangan profesional guru dalam menentukan nilai tidak dapat ditiadakan.

Pentingnya Tes, Pengukuran dan Penilaian
Pada manusia terdapat perbedaan individual. Melalui tes, pengukuran, dan penilaian, perbedaan individu itu dapat dibuktikan. Perbedaan tersebut tidak hanya dalam tingkat kecerdasan atau waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pembelajaran, tetapi juga perbedaan dalam sikap, minat, temperamen, karakter, dan penyesuaian pada lingkungan. Oleh karena itu setiap individu terutama bagi para pendidik harus mengetahui kualitas setiap anak didiknya (kelompok didik asuhannya). Tes, pengukuran, dan penilaian dapat menentukan kualitas tersebut. Semakin banyak yang diketahui tentang individu/kelompok, keputusan yang diambil dan atau dilakukan semakin sesuai untuk yang bersangkutan. Akana tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh:
1. Mengukur dengan tepat apa yang seharusnya diukur, artinya apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Contohnya, sekiranya yang akan diukur adalah disiplin mengenai peraturan sekolah, yang akan diukur adalah sikap peserta didik, bukan kecerdasannya. Caranya dengan memberikan angket skala sikap kepada peserta didik, dan diadakan pengamatan secara terus menerus dan diberi pembinaan.
2. Diperlukan pengukuran yang akurat, misalnya akan mengukur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu tugas harus jelas apakah diukur dalam menit atau detik atau persepuluh detik. Pengukuran setepat ini memerlukan alat ukur (jam) yang memiliki detikan atau persepuluh detikan. Menilai hasil lukisan siswa harus dirinci dan disepakati oleh penilai apa saja yang akan diukur dan dinilai, misalnya kebersihan, komposisi warna, kesan dibalik gambar tersebut, dll.
3. Tingkat ketelitian dalam pengukuran. Misalnya seorang guru menyatakan si A lebih pinar dari si B. Pernyataan kualitatif seperti ini masih kabur. Lain halnya kalau dinyatakan si A dapat menjawab 75% pertanyaan yang diberikan, sedangkan si B 90%. Dengan persentase ini jelas dapat diukur perbedaan penguasaan mereka, dan yang lebih penting lagi dapat diketahui apa saja yang belum dikuasai masing-masing.

Prosedur, Teknik, dan Pendekatan Penilaian
Prosedur Penilaian

Hasil penilaian digunakan untuk membuat suatu keputusan, misalnya penilaian hasil belajar di sekolah digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam menguasai berbagai kemampuan yang dirancang berdasarkan kurikulum, penilaian suatu proyek bermuara pada suatu keputusan mengenai keberhasilan mencapai tujuan yang dirancang sejak semula. Dengan kata lain pelaksanaan penilaian tidak bisa lepas dari tujuan kegiatan yang dinilai. Jadi untuk melakukan penilaian prosedur pertama yang harus dikerjakan adalah menentukan tujuan kegiatan atau sasaran yang akan dinilai. Prosedur lainnya adalah penentuan alat ukur yang tepat, mengembangkan kisi-kisi (blue print), pengumpulan data, pengolahan data, dan pelaporan.
a. Menentukan tujuan.
Setiap sasaran penilaian sudah ada tujuannya. Contohnya, penilaian hasil belajar di sekolah, sasarannya adalah peserta didik yang mengikuti pembelajaran. Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran satu bulan ingin diketahui apakah tujuan pembelajaran selama satu bulan sudah dikuasai peserta didik. Tujuan pembelajaran ini tertulis dalam kurikulum, guru menjabarkan dalam satuan pelajaran/persiapan mengajar menjadi indikator atau tujuan instruksionl khusus (TIK). Dari tujuan khusus inilah penilai memilih tujuan yang penting yang harus diukur ketercapaiannya. Indikator atau tujuan yang dirumuskan secara operasional akan membantu penilai dalam mengembangkan kegiatan selanjutnya.
b. Memilih alat ukur yang tepat.
Berpedoman pada indikator (TIK) yang direncanakan dan disampaikan dalam proses pembelajaran, penilai dapat memilih atau mengembangkan alat ukur yang dapat mengukur keberhasilan pencapaian indikator tersebut. Kalau dalam pembelajaran dikembangkan ketiga ranah pembelajaran, maka dalam kegiatan pengukuran harus disediakan alat ukur yang mengukur proses berpikir, ketrampilan dan afektif.
c. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data atau mengadministrasikan alat ukur atau melaksanakan pengukuran bukanlah hanya sekedar memberikan buku tes, angket, namun pelaksana lapangan harus dilatih sehingga setiap petugas memiliki persepsi yang sama dan bertindak seragam dalam kegiatan pengadministrasian ini. Materi yang tercantum dalam alat ukur terutama yang diperkirakan akan menimbulkan keragu-raguan atau pertanyaan, harus dibahas dengan tuntas dalam pelatihan.
d. Mengolah data dan menulis laporan
Informasi yang terkumpul baik melalui tes maupun non tes harus diolah (diperiksa). Pengolahan data harus dilaksanakan seobyektif mungkin dengan berpedoman pada pengolahan yang disediakan. Memeriksa tes bentuk obyektif tidak memakan waktu lama dan hasilnya obyektif (apa adanya). Namun mengolah tes bentuk uraian ataupun alat ukur yang non tes memerlukan waktu yang cukup lama dan diharapkan pemeriksa dapat bertindak obyektif. Jika tes hasil belajar terdiri dari tes bentuk obyektif dan bentuk uraian terbatas, bobot kedua bentuk tes ini harus dipertimbangkan sesuai dengan peran pokok bahasan yang diukur oleh butir soal tersebut. Untuk tes bentuk pilihan ganda penerapan formula tebakan (guessing formula) perlu dipertimbangkan.

Teknik Penilaian
Pemilihan teknik dalam melaksanakan penilaian tergantung berbagai hal antara lain; maksud penilaian, waktu yang tersedia dan kemampuan yang ingin dinilai. Beberapa teknik penilaian dan hubungannya dengan materi yang dinilai misalnya:
1. Materi: Pengetahuan tentang fakta menggunakan Teknik penilaian : tes tertulis atau lisan.
2. Materi: Kemampuan tentang prosedur menggunakan Teknik penilaian : tes perbuatan
3. Materi: Hubungan individual menggunakan Teknik penilaian : observasi. Dll.

Pendekatan Penilaian
Penentuan nilai kahir peserta didik di Indonesia lebih sering menggunakan pendekatan acuan relatif/norma (PAN). Artinya nilai seseorang peserta didik ditentukan oleh kemampuan kelompoknya. Misalnya ; satu kelas terdiri 40 siswa, nilai hasil belajar si A di kelas itu didasarkan kemampuan kelompok itu. Misalnya si A mendapatkan skor tertinggi dalam pelajaran IPA yaitu dapat menjawab dengan tepat 60% dari semua kegiatan IPA selama semester tersebut. Siswa lainnya di bawah 60%, maka nilai rapor untuk IPA si A mendapatkan angka 10 (rentang 1-10).
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan acuan patokan (PAP) atau pendekatan acuan kriteria (PAK). Pendekatan ini menyatakan nilai peserta didik sesuai dengan banyaknya butir tes yang dijawab benar. Misalnya untuk kasus di atas, maka berdasarkan PAK angka rapor IPA si A pada semester tersebut hanya 6, bukan 10 (rentang 1-10).
Pengembangan butir soal untuk PAN berbeda dengan butir soal untuk PAK. Perbedaan ini terutama diterapkan pada saat mengembangkan kisi-kisi. Butir soal untuk PAN, tingkat kesukaran butir soal (mudah, sedang dan sukar) selalu diperhitungkan. Pada PAK butir soal yang ditanyakan hanya yang mengukur indikator atau TIK yang penting saja.