Selasa, 08 Februari 2011

UJIAN PRAKTIK IPA SMK 2011

YAYASAN TRIDAYA WISATA SURAKARTA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) JAYAWISATA SURAKARTA
Jl. Sekar Jagad I, Pajang, Laweyan, Surakarta 57146


KODE : AD.IPA.L/US. PRAK/2011


LEMBAR KERJA UJIAN SEKOLAH PRAKTIK
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SMK JAYAWISATA SURAKARTA


MATA DIKLAT : ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM KEAHLIAN: Semua Program (APH, UPW)
HARI/TANGGAL : Selasa 1 Maret 2011
WAKTU : 08.00 - 10.00

Standar Kompetensi : Memahami Polusi dan Dampaknya Terhadap Manusia dan Lingkungan
Kode Kompetensi : B.4
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan cara-cara menangani limbah
Indikator Kompetensi : Air bersih dan tercemar dapat dibedakan berdasarkan komposisi air.

Tujuan :
1. Siswa dapat menggunakan alat ukur TDS meter dengan benar.
2. Siswa dapat mengidentifikasi kualitas bermacam-macam air dengan mengukur jumlah zat padat terlarut (TDS) dengan benar.

Pelaksanaan Percobaan
Zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) jumlah total ion yang meliputi mineral, garam atau logam yang terlarut didalam air. Adanya TDS mengindikasikan bahwa air sudah tidak murni lagi. Namun TDS tidak selalu berkorelasi dengan tingkat potensi zat bahaya air bagi peruntukannya. Bagi manusia, nilai TDS air minum yang rendah memudahkan penyerapan air oleh sel. Bila nilai TDS dalam air minum tinggi kemungkinan besar mengandung kontaminan yang berbahaya, dan dapat menghalangi penyerapan air oleh sel. Maksimum konsumsi bagi manusia sekitar 500 ppm.
Kandungan TDS dapat diukur dan diketahui secara kuntitatif dengan mudah bila menggunakan TDS meter digital. Pengukuran TDS meter berdasarkan konduktivitas dalam satuan ppm (part per million), atau milligram per liter (mg/L). Alat ini telah dikalibrasikan dengan larutan NaCl 342 ppm. Alat ini juga bisa digunakan untuk mengetahui suhu diluar maupun di dalam cairan. Cara penggunaan alat ini dengan sebagai berikut.

A. Bahan:
1.Air sumur mentah (kode A) = 250 ml (1 gelas)
2.Air sumur matang (kode B) = 250 ml (1 gelas)
3.Air sabun (1sdt deterjen /250 ml) (kode C ) = 250 ml (1 gelas)
4.Air bekas cucian pakaian (kode D) = 250 ml (1 gelas)
5.Air minum mineral (kode E) = 250 ml (1 gelas)
6.Air garam (1sdt garam /250 ml) (kode F) = 250 ml (1 gelas)

B. Alat:
1. Gelas kaca beker = 12 buah
2. TDS meter = 2 buah
3. Kain Lap = 2 buah

C. Cara Kerja:
1. Siapkan berbagai larutan bahannya dalam.
2.Cara menggunakan TDS meter
a.Buka tutup pelindung TDS meter.
b.Tekan tombol ON/OFF pada posisi ON.
c.Celupkan ujung bawah TDS meter ke dalam larutan sampai batas maksimum (5 cm). jangan mencelupkan lebih dari batas ini karena kompartemen alat akan bisa kemasukan cairan sehingga bisa merusakkan fungsinya.
d.Goyangkan dengan pelan untuk menghilangkan gelembung udara yang mungkin ada.
e.Tungu sesaat sehingga tampilan angka pembacaan stabil selama 10 detik, tekan tombol HOLD , agar bisa membaca digit angka secara dekat dan jelas.
f.Jika dalam digit angka terdapat tampilan x10, berarti angka yang muncul sebagai hasil pengukuran harus dikalikan 10.
g.Setelah pemakaian, goyangkan TDS meter untuk membersihkan sisa larutan pada ujung bawah alat.
3. Catat hasil pengukurannya sesuai kode larutan yang telah disiapkan.
4. Ulangi pengukuran TDS untuk seluruh larutan yang ada.
5. Buatlah table hasil pengukurannya.
6. Jawablah pertanyaan berikut ini:
a. Apakah yang dimaksud dengan TDS?
b. Apa hubungan nilai TDS dengan kualitas cairan (air)?
c.Dengan membandingkan nilai TDS air A dan B, mana yang lebih tinggi nilainya, mengapa bisa demikian?
d.Dengan membandingkan nilai TDS air C dan D, mana yang lebih tinggi nilainya, mengapa bisa demikian?
e.Dengan membandingkan nilai TDS air E dan F, mana yang lebih tinggi nilainya, mengapa bisa demikian?

D. Aspek Penilaian:
1)Sikap Individu
2)Ketrampilan Proses
3 Penampilan hasil proses
4) Kualitas jawaban pertanyaan.

E. Rencana Anggaran
1. Biaya yang dibutuhkan : Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah), dua kelas.
2. Sumber biaya : siswa melalui sekolah.


Surakarta, 8 Februari 2011
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru IPA




Suprapti, S.Pd, M.Si Ir. Purwo Sutanto

Sabtu, 23 Oktober 2010

Bahan Ajar IPA SMK 2010



Bahan ajar IPA SMK ini merupakan kombinasi format Buku Materi dan Lembar Kerja Siswa. Dengan format ini diharapkan penggunaannya lebih praktis, sehingga guru maupun siswa tidak perlu menggunakan banyak bahan ajar cetak, dan biaya lebih hemat. Selain harganya murah, bahan ajar ini selalu direvisi setiap tahun ajaran baru, sehingga peningkatan kualitas isinya bisa lebih cepat dan lebih sering. Bagi yang berminat bisa menghubungi nomer 08122981921. Kami siap melayani pesanan Anda kapan dan dimana saja.

Rabu, 10 Maret 2010

UJI PRAKTIK IPA SMK TAHUN 2010

LEMBAR KERJA UJIAN SEKOLAH PRAKTIK
SMK JAYAWISATA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010


MATA DIKLAT : ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM KEAHLIAN : Semua Program (APH , UJP)
HARI/TANGGAL : Selasa-Rabu, 30-31 April 2010
WAKTU : 07.30 - 12.00


Standar Kompetensi: Memahami Polusi dan Dampaknya Terhadap Manusia dan Lingkungan
Kode Kompetensi : B.4
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan cara-cara menangani limbah

Tujuan :
Setelah melaksanakan ujian praktik ini diharapkan siswa mampu mendaurulang kertas menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai tambah, dengan baik.

A. BAHAN ( per kelas):
1. Kertas bekas = 3 - 5 kg
2. Pati singkong/ kanji = 1 kg
3. Pengawet Bahan Makanan ( Natrium bensoat) = 1 pack/ botol
4. Zat warna (kuning/hijau/merah) = masing-masing 1 botol
5. Air = secukupnya
6. Minyak goreng atau oli = ½ liter

B. ALAT (per kelompok):
1. Baskom/ember = 3 buah
2. Timbangan = 1 buah
3. Pengaduk dari kayu = 1 buah
4. Catakan/ pola benda bentuk tertentu = minimum 1 buah
5. Blender = 1 buah
6. Gunting kertas = 1 buah
7. Gayung air atau gelas ukur = 1 buah
8. Panci aluminium = 1 buah
9. Kompor = 1 buah
10. Kain saring/ kain kasa = 1 lembar ½ m2

C. Cara Membuat:
1. Bubur kertas:
a. Timbang kertas bekas 1-2 kg kemudian potong kecil-kecil
b. siapkan ember yang berisi air, masukkan potongan kertas bekas dan rendam selama 30-60 menit
c. Ambil sedikit demi sedikit rendaman kertas bekas, kemudian tambahkan air secukupnya. Perbandingan air : kertas adalah 2-3 : 1
d. Nyalakan power blender sampai membentuk bubur kertas. Blender jangan sampai diisi kertas terlalu banyak agar tidak macet/merusak blender.
e. Bentangkan kain saring di dalam ember kosong.
f. Tuangkan bubur kertas dari blender di atas kain saring, setelah cukup banyak, kain saring di angkat seperti menyaring sari kedele, peras sampai airnya tuntas.
g. Bubur kertas yang masih basah di sisihkan dalam ember yang lain.
2. Lem kanji:
a. Siapkan panci, isi dengan air mentah dingin sebanyak 3 kali volume kanji
b. Masukkan tepung kanji dan aduk hingga merata.
c. Tambahkan haban pengawet makanan secukupnya ( 1 sendok teh / kg kanji)
d. Nyalakan kompor, masak tepung kanji sampai matang. jangan lupa harus selalu di aduk agar tidak gosong.
e. Setelah matang (mengental) angkat dan dinginkan.
3. Membentuk benda berdasarkan pola
a. Siapkan pola benda yang akan dibentuk.
b. Olesi bagian yang akan diisi dengan minyak/olie agar mudah melepasnnya nanti.
c. Campurkan bubur kertas basah dengan lem pati/kanji dan zat pewarna hingga merata. Jika pewarnanya berbentuk serbuk, sebelumnya harus dilarutkan dengan air agar mudah merata. Makin banyak lem, makin keras dan kuat benda yang dihasilkan.
d. Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam ruang cetakan sampai penuh, sambil di tekan sekuat-kuatnya.
e. Jika bisa keluarkan dari cetakan dan keringkan, atau keringkan bersama cetakannya di panas matahari.
f. Setelah agak kering bisa dikeluarkan dari cetakan. Kemudian dilanjutkan pengeringannya.

Contoh Hasil Karya
D. Aspek Penilaian:
1) Kinerja individu
2) Ketrampilan Proses
3) Penampilan hasil (bentuk, estetika)
4) Kualitas hasil (kekuatan, manfaat/ fungsi)
F. Rencana Anggaran
 Biaya yang dibutuhkan : Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah), dua kelas.
 Sumber biaya : siswa melalui sekolah.

Surakarta, 10 Maret 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru IPA



Suprapti, S.Pd., M.Pd Ir. Purwo Sutanto

Contoh Produk Hasil Kerja

Jumat, 30 Oktober 2009

Spesies Baru : ELECTRIVORA VS BURNIVORA

Apa itu “Burnivore”?
Kalau kita mendefinisikan ulang spesies di bumi berdasarkan cara mereka mengakses sumber energi guna meningkatkan lualitas hidup mereka, sampailah kita pada beberapa spesies yang berdefinisi baru:

Tanaman: Tanaman mengakses arus energi cahaya yang mengalir dari matahari dan melalui proses Fotosintesa ia merubah energi cahaya menjadi energi yang disimpan dalam kimia, dan guna membangun sel-selnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan bentuk tubuhnya.

Herbivora:Herbivora makan tanaman dan melepaskan energi kimia yang terkandung melalui proses Metabolisme lalu mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia lainnya yang disebarnya ke seluruh sel-sel tubuh guna membangun, menumbuhkan dan mempertahankan struktur tubuhnya. Otak herbivora mengatur penggunaan energi kimia menjadi energi gerak dan panas melalui jaringan saraf yang rumit. Jaringan ini menyampaikan sinyal listrik, juga dari alat pengindera ke otak ketika harus menyampaikan kebutuhan untuk itu.

Karnivora: Seperti Herbivora, hanya saja ia ambil jalan pintas. ia tidak makan pembawa energi yang rendah kepadatannya, seperti tanaman, melainkan daging binatang lain yang telah tumbuh dan menyimpan energi karena makan tanaman itu atau karnivora lainnya.

Omnivora: Kombinasi Herbivora dan Karnivora, ia makan daging dan tumbuhan.

Burnivora: Seperti Omnivora, dengan perbedaan burnivora menggunakan 10 sampai 1 juta kali lebih banyak energi daripada yang tubuhnya bisa pakai. Burnivora mengakses arus energi melalui proses pembakaran segala jenis pembawa Energi Kimia (Kayu, Batubara, Minyak, Gas) guna melepaskan Energi Panas, dan terkadang sedikit Cahaya. Panas digunakannya untuk memasak makanan agar lebih mudah dicerna, dan untuk membuat udara atau gas mengembang sehingga menciptakan energi kinetik yang menggerakkan sepeda motor, mobil, truk, kapal, pesawat terbang atau roket melaju membawa dirinya atau barang-barang yang ia kira dibutuhkan guna meningkatkan mutu hidupnya.

Apa itu “Electrivore”?
Elektrivora adalah spesies baru hasil evolusi dari Burnivora. Elektrivora telah menguasai akuntansi energi dan telah menyimpulkan gaya hidup lama ala burnivora tidak bisa diteruskan tanpa jadi “kebakaran jenggot”. Mereka menyadari bila mengambil energi dari tingkatan pembawa energi tertinggi, otomatis akan bisa mengembangkan kualitas hidup yang lebih tinggi.

Spesies baru ini telah menjalani gaya hidup yang sepenuhnya berdasarkan energi listrik. Ia pakai listrik untuk mendorong maju sepeda motor, mobil dan kereta, bahkan mungkin nantinya pesawat terbang, untuk transportasinya. Ia juga memasak pakai pemanas dan oven listrik. Untuk komunikasi, informasi dan hiburannya ia menggunakan berbagai peralatan listrik yang sangat efisien.

Lebih penting lagi, ia membangkit listrik melalui cara non-burnivora yaitu dari matahari dengan panel fotovoltaik atau dari panas bumi. Ia pakai pembawa energi kimia hanya sebagai penyimpanan sementara, untuk dikembalikan sebagai energi listrik misalnya untuk menggerakkan mobil atau sepeda motor. Ia akan menciptakan cara penyimpanan listrik yang semakin pintar, tapi teknologi kini sudah cukup baik dan terjangkau untuk sebuah gaya hidup Elektrivora.

Ia akan menanam kembali lahan yang disalahgunakan burnivora dalam mengembangkan biofuel, karena ia sadar bahwa kayu sebagai pembawa energi kimia bisa digunakan untuk tujuan yang lebih tahan lama daripada dibakar, dan bahwa hutan dibutuhkan untuk menyerap kadar tinggi CO2 dan menghasilkan oksigen bagi kebutuhan semua spesies di bumi.

Elektrivora mempunyai masa depan cerah bila menang lawan burnivora yang lebih banyak, dalam pemanfaatan persediaan terakhir energi kimia. Elektrivora ingin membuatnya jadi barang tahan lama, tapi burnivora ingin membakarnya, yang malah akan memblokir akses ke sumber utama energi Elektrivora: matahari.

Kualitas hidup sangat ketergantungan pada cara kita menghasilkan energi. Cara Burnivora yang membakar segala macam bahan untuk kebutuhan energinya adalah satu kegiatan yang mempunyai effek sangat buruk terhadap kualitas hidup. Lingkungan dekat kita terpolusi dan membuat banyak sekali masalah kesehatan; lingkungan global kita juga terpolusi yang mengakibatkan pemanasan bumi dengan segala effek buruknya.

Kunci permasalahan adalah kegiatan "burnivora", dan solusinya adalah menjalani gaya hidup "electrivora".

Yang jelas orang enggan merubah gaya hidupnya; dan dengan gaya hidup electrivore kita tidak perlu berubah; malahan kita boleh mengunakan energi sebanyak-banyaknya selama kita bisa membiayainya; karena pemakaian energi dari sumber panas bumi dan cahaya matahari tidak akan mencemari lingkungan kita. Kontribusi Anda untuk membangun gaya hidup electrivore adalah sbb:
1) Mendidik diri mengenai energi dengan bahan edukasi kami dan jadilah seseorang yang tidak buta energi lagi.
2) Mendidik keluarga dan teman-teman Anda dengan pengetahuan energi baru Anda.
3) Mulai menuntut informasi energi (daya tidak cukup!) pada saat membelanjakan barang listrik; panggil manager toko dan tanyakan kenapa tidak ada informasi listrik pada alat-alat yang dijual. Mintalah manager untuk sampaikan ke management atas agar informasi energi disampaikan secara jelas.
4) Hanya membeli alat-alat yang paling rendah konsumsi energinya.
5) Mulai catat jumlah Energi listrik yang Anda pakai per bulan dalam MJ. (lihat dari rekening PLN jumlah kWh lalu kalikan dengan angka 3,6)
6) Mulai hafalkan harga listrik per MJ (lihat dari rekening PLN berapa harga 1 kWh lalu bagikan dengan angka 3,6)
7) Beli Joule-Counter dan pasangkan ke alat-alat di rumah tangga Anda agar Anda mulai sadar berapa konsumsi energinya dari setiap alat.
8) Hitungkan dan sadarkan diri dengan informasi mengenai alat2 mana yang paling banyak makan energi. Dan coba hitungkan berapa biaya energinya per tahun.
9) Ingatkan biaya energi per tahun yang dapat dihemat dari pengantian alat yang lebih hemat energi.
10) Buatkan target penurunan pemakaian listrik.

Edukasi energi

Apa itu kebutaan energi?
Coba Anda bayangkan seseorang dengan tinggi badan 2,5 meter dan berat badan 40 kilogram. Pasti Anda dapat membayangkan bentuk badan orangnya seperti apa, bukan? Demikian juga orang dengan tinggi badan 1,2 meter dan barat badan 200 kilogram Anda juga pasti dapat membayangkan seperti apa bentuk badannya. Apa artinya? Ini artinya masyarakat tidak “buta jarak” dan tidak “buta berat”. Lain halnya dengan urusan energi. Kita bisa menyatakan bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia, bahkan seluruh dunia mengalami “buta energi”.
Mengapa masyarakat mengalami Buta Energi?
Karena di dunia energi, kalau orang bicara soal energi, tidak pernah menggunakan unit pengukur energi yang semestinya. Sebab itulah masyarakat tidak dapat membandingkan energi listrik dengan energi lain yang berasal dari BBM, seperti minyak tanah dan sebagainya, padahal semuanya adalah energi yang dapat diukur jumlahnya dengan unit Joule.
Mengapa kebutaan energi menjadi masalah?
Karena dengan adanya masyarakat yang masih buta energi, kita tidak bisa membuka mata terhadap energi “alternatif“ yang sebenarnya sangat berlimpahan di negeri kita. Bahkan segala solusi kebijakan bertujuan mengatasi masalah Krisis Energi selama ini menjadi tidak tepat sasaran. Juga kita belum dapat membuat keputusan yang benar dalam hal memilih alat-alat konsumsi energi, seperti alat-alat listrik, alat masak, bahkan mobil. Kesadaran energi masyarakat belum dapat dibangun bila unit pengukur energi belum dikenal oleh mereka.

Inilah tujuan program edukasi Energi ini, supaya masyarakat kita menjadi masyarakat yang Sadar Energi, serta dapat melihat sendiri dan ikut berpartisipasi dalam solusi energi yang paling tepat untuk masa depan yang tidak membahayakan manusia maupun berdampak negatif terhadap lingkungan.
Apa satuan energi yang benar?
Di dunia energi sudah sangat banyak unit energi terdefinisikan tetapi seperti Anda mungkin mengetahui ada satu standar dunia yang dinamakan "metric system" atau sistem metrik, dan disitu unit seperti meter, gram telah distandardisasi; dan untuk semua jenis energi Joule telah menjadi satu "rantai" dengan gram, meter, dsb. Alternatif untuk Joule adalah Kalori dan BTU tetapi unit tersebut adalah bukan bagian dari sistem metrik tapi bagian dari British standard. Indonesia adalah satu negara yang mengikuti Metric Standard maka pengunaan Joule adalah paling tepat dan bahkan sudah diadaptasi di SNI.
Bagaimana memberantas kebutaan energi?
Sederhana saja! Dengan cara mensosialisasikan unit pengukur energi yang standar. Menjadikan Joule sebagai standar untuk semua jenis energi akan menghapus kebutaan kita terhadap energi.

Alasan kita tidak buta jarak dan tidak buta berat dikarenakan kita selalu mengunakan unit pengukur yang sama. Untuk menimbang apel, singkong atau ayam selalu pakai kilogram. Untuk mengukur tinggi badan, panjang meja atau panjang bahan baju selalu mengunakan meter atau sentimeter dan semua orang bisa membayangkan 1 meter kira2 sepanjang apa.

Hal yang sama akan terjadi kalau semua energi diukur dalam Joule (kiloJoule atau MegaJoule). (kilo = seribu; Mega = sejuta)

Kalau kita selalu dengar Joule untuk setiap urusan energi kita mulai membangun sebuah "Database" didalam "memory" kita. Setiap kali kita mendengar angka baru kita langsung bisa menempatkan posisinya dalam database di benak kita dan menilai apakah angkanya besar atau kecil. Kalau misalnya konsumsi energi semua mobil teknologi BBM selama ini yang kita kenal adalah antara 3MJ dan 10MJ per km, lalu ada satu mobil baru yang menyatakan hanya mengkonsumsi 0,3 MJ per km; langsung kita bisa menilai bahwa itu memang lebih irit sekali dibandingkan produk yang selama ini kita kenal.

Mobil bermesin bahan bakar yang beredar di pasaran mengkonsumsi antara 3 s/d 10MJ per km, Mobil berteknologi mesin listrik konsumsi energinya adalah antara 0,3 s/d 0,5MJ per km. Kalau mendengar mobil listrik hanya mengkonsumsi 0,3MJ per km langsung mata kita terbuka lebar.....kok jauh sekali bedanya?! Memang mobil listrik adalah 10 hingga 20 kali lebih irit energi dibandingkan mobil BBM.

Hanya kalau kita mengenal unit energi kita bisa membanding-bandingkan....dan kalau kita sudah bisa menilai dan membandingkan artinya kita sudah tidak lagi buta energi.....

Jadi tidak ada cara lain untuk memberantas kebutaan energi daripada menstandardisasikan unitnya dulu!

Kalau sudah tidak buta energi lagi dan kita sadar mengenai biaya energi per MJ; kita bisa menyimpulkan kalau harga satu MJ listrik misalnya Rp 200 dan 1 MJ BBM juga Rp 200; bahwa menjalankan mobil listrik akan 10 sampai 20 kali lebih murah.

Nah, langsung solusi energi untuk ke depan jadi kelihatan, bukan? Solusinya adalah listrik, dan listrik itu harus dibangkitkan dari sumber yang tidak berpolusi seperti panas bumi dan cahaya matahari.

Rabu, 05 Agustus 2009

LKS Kewirausahaan


Buku ini disusun berdasarkan Kurikulum Standar Isi untuk SMK/MAK. Diharapkan dengan terbitnya buku ini bisa membuka cakrawala baru dalam pembelajaran berbasis LKS di SMK/MAK. Untuk memastikan kualitas isinya anda bisa mencermati kontennya di daftar isi. Secara kuantitatif buku ini disusun persemester, terdiri dari 80 halaman.
Bahan Ajar SMK ini ditawarkan seharga Rp 3.500 belum termasuk ongkos kirim. Tarif ongkos kirim mengikuti tarif paket pos kilat. Silahkan kontak 08122981921 bagi siapa saja yang berminat.