Rabu, 25 Februari 2009

Gaya Eksogen dan Gaya Endogen

Gaya Eksogen dan Gaya Endogen
By Purwo Sutanto



Gaya eksogen adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi yang berasal dari luar sebagai akibat adanya aktivitas atmosfera, hidrosfera, dan biosfera. Gaya ini mengakibatkan perusakan atau perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya. Pada kenyataanya gaya eksogen tidak hanya merusak, tetapi juga membangun, seperti terbentuknya bukit pasir di daerah gurun dan tepian pesisir. Deflasi dan korasi serta sistem pemilahan endapan yang diakibatkan angina menjadikan daerah gurun memiliki bukit-bukit pasir dan batuan dengan bentuk yang menakjubkan.
Proses eksogen yang paling utama diperankan oleh air, dan ulah manusia. Lembah sungai yang dalam, delta dan kipas aluvial merupakan contoh hasil kerja air. Kekuatan air hujan mengikis puncak pegunungan menjadi peneplain (puncak yang rata).
Ada tiga jenis aktivitas manusia yang berdampak geologis, yaitu kegiatan pertanian, penggalian sumber daya alam, dan konstruksi. Pembajakan tanah dan penggunaan pupuk kimia berdampak pada percepatan proses denudasi (percepatan pelapukan dan erosi). Pertambangan batubara seperti di Sawah Lunto, sampai menerobos perut bumi. Pada penambangan minyak, manusia mengebor sumur hingga kedalaman 6 km. Sedangkan untuk bahan tambang permukaan dilakukan dengan membuka bentang bumi di areal yang sangat luas, sehingga dampaknya tidak hanya segi geologis, tetapi juga ekologis.
Contoh tambang skala besar misalnya tambang batubara Bukit Asam, Sumatera Selatan; tambang tembaga, emas dan perak di Tembagapura Irian Jaya; dan tambang emas di Batu Hijau, Sumbawa.
Pertambangan di Tembagapura, data tahun 2000 produksinya 200.000 ton bijih/hari dengan tailing 194 ton/hari. Tailing (batuan halus sisa pertambangan) dialirkan sejauh 100 km melalui sungai Aghawagon-Otomona-Ajkwa ke Pantai Selatan Irian Jaya, masuk ke Laut Arafuru. Akibatnya sungai-sungai menjadi keruh dan terjadi proses sedimentasi yang luar biasa di sepanjang daerah aliran, terutama di Muara. Dampak lain dari pertambangan ini adalah menipisnya lapisan es di Puncak Jaya Wijaya. Puncak ini merupakan salah satu dari dua puncak gunung daerah tropis yang memiliki salju (selain Kilimanjaro, Afrika Selatan).
Gaya endogen berasal dari dalam bumi, berlangsung lambat tetapi kekuatannya sangat dasyat. Gaya ini bisa menyebabkan rangkaian pegunungan tua yang dulu pernah ada, kini menjadi tidak ada lagi, atau sebaliknya, suatu daerah yang dulu berupa lautan, sekarang berubah menjadi gunung yang sangat tinggi. Meletusnya gunung berapi (vulkanisme) dan gempabumi (tektonisme) merupakan contoh dagi kegiatan endogen.
Gunung krakatau di tengah Selat Sunda meletus pada 23 Agustus 1883, suaranya terdengar sampai radius 3.000 km. Batuannya terlempar sampai 55 km, debunya tersebar sampai di Lautan Pasifik dan Eropa. Selama tiga tahun debunya menurupi Eropa sehingga menimbulkan hawa dingin.
Peristiwa lama adalah meletusnya gunung Vesuvius di Teluk Napoli, Italia pada 24 Agustus 79 Masehi. Letusan gunung itu menghancurkan kota Pompeii, Kerkulaneuem dan kota-kota Romawi lainnya. Gunung yang semula tidak aktif selama 800 tahun, begitu bangkit membunung 16.000 penduduknya. Gunung Mauna Loa di Hawai merupakan gunung berapi yang paling aktif di dunia, meletus tiap 3 tahu sekali.
Gempabumi terkuat di abad 20 terjadi di Lebu Chili pada tanggal 22 Mei 1960. gempa berkekuatan 9,5 skala Kanomari, mengakibatkan bentangan sepanjang 300 km tenggelam 2 meter ke dalam lautan Pasifik. Selama 2 minggu gelombang kejutnya terasa di seluruh Bumi.
Aktivitas gaya endogen lainnya yang berjalan lambat tetapi pasti, di antaranya proses pelipatan serta gerak-gerak orogenesa dan epirogenesa, yaitu pembentukan rangkaian pegunungan. Proses pelipatan batuan lebih lanjut akan menyebabkan batuan menjadi retak dan patah, sehingga terjadi sesar yang menimbulkan gempa bumi tektonik.
Alfred Wegener (1880-1930) pada tahun 1915 menyatakan konon pada 250 juta tahun yang lampau semua benua dan pulau-pulau yang ada saat ini asalnya satu daratan yang dinamakan Pangaea, dan hanya ada satu lautan yang dinamakan Panthalasa.
Sekitar 150 juta tahun lalu Pangaea mulai retak dan terus berlangsung sampai sekarang. Lautan Pasifik merupakan sisa Panthalasa dan akan terus menyempit karena Benua Amerika bergerak ke arah barat memepetkan tepi barat samudra tersebut ke pingiran benua Asia dan Australia. Bersamaan dengan itu Lautan Atlantik terus bertambah luas. Akibat adanya gaya dorongan yang bersumber dari tengah-tengah Samudra Hindia, Pantai Selatan Pulau Jawa mengalami pergerakan ke arah utara dengan laju 5-10 cm setiap tahun, demikian juga dengan pulau-pulau lainnya yang berada di Indonesia.
Atas dasar adanya gerakan tersebut, maka diramalkan kelak 50 juta tahun yang akan datang negara Indonesia akan terus didesak oleh benua Australia ke arah utara, dan selanjutnya akan musnah ditelan masuk ke bawah daratan Benua Asia.

1 komentar:

migasnet04_Aditya8039.blogspot.com mengatakan...

pak,, ada lagi gak bahan yang lain?? tentang geologi gitu