Kamis, 05 Maret 2009

Materi Praktik IPA SMK

Bingung Mencari Materi Ujian Praktik IPA SMK ??
By Purwo Sutanto

Model Gunung dibuat dari bubur kertas bekas, salah satu benda hasil daur ulang kertas bekas

Beberapa hari terakhir mendekati momen ujian akhir sekolah, barangkali menjadi hari yang agak membingungkan bagi rekan guru pengajar IPA SMK (pariwisata), terutama mereka yang diberi tugas melaksanakan uji praktik IPA. Ada beberapa SMS dan juga email yang sampai ke alamat saya, yang menanyakan beberapa hal yang berkait dengan materi uji praktik IPA SMK. Saya jadi bengong juga, memangnya siapa saya koq rekan-rekan ini bertanya pada saya tentang hal tersebut?
Dari jalur info itu ada yang menanyakan materi apa yang pas untuk uji praktik IPA, ada juga yang meminta tanggapan, bagaimana kalau materi uji praktik IPA SMK tahun 2009 dibuat sama dengan materi tahun sebelumnya.
Pada tahun sebelumnya kebanyakan sekolah masih menggunakan standar isi kurikulum 2004 (KBK), ada juga yang masih kurikulum 1999. Maka jika ada yang mengadakan uji praktik IPA SMK dengan materi pengukuran pH larutan tertentu atau yang lebih aplikatif, seperti pembuatan deterjen/sabun/ sampoo, jelas relevan secara hukum (berdasar kurikulum). Sehingga bisa sinkron antara kompetensi dasar yang digunakan acuan membuat kisi-kisi uji praktik dengan soal uji praktiknya.
Nah, ketika sekarang materi IPA SMK kelas XII sudah total menggunakan standar isi 2006/ KTSP yang materinya sangat berbeda dengan standar isi 2004/1999, tentunya materi membuat sabun deterjen/sampoo atau mengukur nilai pH larutan, secara kurikulum tidak cocok. Kan SK-KD yang bisa dikaitkan dengan pembuatan sabun/deterjen/sampoo, dan pengukuran pH tidak lagi ada to. Meskipun relevansinya dengan program keahlian (perhotelan) dekat, tetapi apakah juga dekat dengan program keahlian bismen/ seni/ teknik?
Jika kita cermati isi silabus IPA SMK ada SK-KD yang dapat kita jadikan acuan untuk menyusun perangkat uji praktik IPA SMK, yaitu Kompetensi Dasar B 4.1 Mendeskripsikan cara-cara menangani limbah, dengan kegiatan pembelajarannya
1. Praktik membuat kompos dari limbah alami.
2. Praktik membuat kertas daur ulang.
Kebetulan materi ini adalah materi ajar kelas XI semester genap. Semestinya sudah pernah diajarkan atau dipelajari dan dipraktikkan oleh siswa kelas XII, sekitar setahun yang telah lewat. Di antara kedua bentuk praktik di atas, yang paling memungkinkan untuk diangkat sebagai materi uji praktik adalah materi praktik membuat kertas daur ulang, sebab selain mudah dan bisa diterapkan di semua jenis program keahlian, waktunya pelaksanaannya memungkinkan.
Kita tidak perlu kaku harus membuat lembaran kertas dari daur ulang, atau memanfaatkan kertas daur ulang untuk jadi apa tetapi menurut saya, fokusnya adalah bagaimana menjadikan kertas bekas menjadi bahan dasar untuk di buat produk apa saja. Syukur-syukur bisa lintas kompetensi Misalnya kertas bekas dijadikan kerajinan atau produk yang bisa memiliki nilai seni, nilai jual, dan nilai edukasi, bahkan yang tidak kalah penting adalah nilai ekologi.
Gambar yang saya cantumkan ini adalah salah satu contoh (menurut saya) media pembelajaran yang saya buat dari kertas bekas. Mungkin di tangan siswa/guru yang memiliki kompetensi seni kriya, benda ini bisa lebih artistik, sebagai proyek hasil uji kompetensi keahlian, dan bagi siswa/guru yang memiliki kompetensi bisnis bisa menjadi barang dagangan untuk uji praktik kewirausahaan juga kan.
Makanya gak usah bingung, silahkan dikemas secara formal, bagaimana salah satu materi pembelajaran praktik IPA SMK itu menjadi materi uji praktik IPA SMK sejak tahun 2009 ini.

Rabu, 25 Februari 2009

Gaya Eksogen dan Gaya Endogen

Gaya Eksogen dan Gaya Endogen
By Purwo Sutanto



Gaya eksogen adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi yang berasal dari luar sebagai akibat adanya aktivitas atmosfera, hidrosfera, dan biosfera. Gaya ini mengakibatkan perusakan atau perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya. Pada kenyataanya gaya eksogen tidak hanya merusak, tetapi juga membangun, seperti terbentuknya bukit pasir di daerah gurun dan tepian pesisir. Deflasi dan korasi serta sistem pemilahan endapan yang diakibatkan angina menjadikan daerah gurun memiliki bukit-bukit pasir dan batuan dengan bentuk yang menakjubkan.
Proses eksogen yang paling utama diperankan oleh air, dan ulah manusia. Lembah sungai yang dalam, delta dan kipas aluvial merupakan contoh hasil kerja air. Kekuatan air hujan mengikis puncak pegunungan menjadi peneplain (puncak yang rata).
Ada tiga jenis aktivitas manusia yang berdampak geologis, yaitu kegiatan pertanian, penggalian sumber daya alam, dan konstruksi. Pembajakan tanah dan penggunaan pupuk kimia berdampak pada percepatan proses denudasi (percepatan pelapukan dan erosi). Pertambangan batubara seperti di Sawah Lunto, sampai menerobos perut bumi. Pada penambangan minyak, manusia mengebor sumur hingga kedalaman 6 km. Sedangkan untuk bahan tambang permukaan dilakukan dengan membuka bentang bumi di areal yang sangat luas, sehingga dampaknya tidak hanya segi geologis, tetapi juga ekologis.
Contoh tambang skala besar misalnya tambang batubara Bukit Asam, Sumatera Selatan; tambang tembaga, emas dan perak di Tembagapura Irian Jaya; dan tambang emas di Batu Hijau, Sumbawa.
Pertambangan di Tembagapura, data tahun 2000 produksinya 200.000 ton bijih/hari dengan tailing 194 ton/hari. Tailing (batuan halus sisa pertambangan) dialirkan sejauh 100 km melalui sungai Aghawagon-Otomona-Ajkwa ke Pantai Selatan Irian Jaya, masuk ke Laut Arafuru. Akibatnya sungai-sungai menjadi keruh dan terjadi proses sedimentasi yang luar biasa di sepanjang daerah aliran, terutama di Muara. Dampak lain dari pertambangan ini adalah menipisnya lapisan es di Puncak Jaya Wijaya. Puncak ini merupakan salah satu dari dua puncak gunung daerah tropis yang memiliki salju (selain Kilimanjaro, Afrika Selatan).
Gaya endogen berasal dari dalam bumi, berlangsung lambat tetapi kekuatannya sangat dasyat. Gaya ini bisa menyebabkan rangkaian pegunungan tua yang dulu pernah ada, kini menjadi tidak ada lagi, atau sebaliknya, suatu daerah yang dulu berupa lautan, sekarang berubah menjadi gunung yang sangat tinggi. Meletusnya gunung berapi (vulkanisme) dan gempabumi (tektonisme) merupakan contoh dagi kegiatan endogen.
Gunung krakatau di tengah Selat Sunda meletus pada 23 Agustus 1883, suaranya terdengar sampai radius 3.000 km. Batuannya terlempar sampai 55 km, debunya tersebar sampai di Lautan Pasifik dan Eropa. Selama tiga tahun debunya menurupi Eropa sehingga menimbulkan hawa dingin.
Peristiwa lama adalah meletusnya gunung Vesuvius di Teluk Napoli, Italia pada 24 Agustus 79 Masehi. Letusan gunung itu menghancurkan kota Pompeii, Kerkulaneuem dan kota-kota Romawi lainnya. Gunung yang semula tidak aktif selama 800 tahun, begitu bangkit membunung 16.000 penduduknya. Gunung Mauna Loa di Hawai merupakan gunung berapi yang paling aktif di dunia, meletus tiap 3 tahu sekali.
Gempabumi terkuat di abad 20 terjadi di Lebu Chili pada tanggal 22 Mei 1960. gempa berkekuatan 9,5 skala Kanomari, mengakibatkan bentangan sepanjang 300 km tenggelam 2 meter ke dalam lautan Pasifik. Selama 2 minggu gelombang kejutnya terasa di seluruh Bumi.
Aktivitas gaya endogen lainnya yang berjalan lambat tetapi pasti, di antaranya proses pelipatan serta gerak-gerak orogenesa dan epirogenesa, yaitu pembentukan rangkaian pegunungan. Proses pelipatan batuan lebih lanjut akan menyebabkan batuan menjadi retak dan patah, sehingga terjadi sesar yang menimbulkan gempa bumi tektonik.
Alfred Wegener (1880-1930) pada tahun 1915 menyatakan konon pada 250 juta tahun yang lampau semua benua dan pulau-pulau yang ada saat ini asalnya satu daratan yang dinamakan Pangaea, dan hanya ada satu lautan yang dinamakan Panthalasa.
Sekitar 150 juta tahun lalu Pangaea mulai retak dan terus berlangsung sampai sekarang. Lautan Pasifik merupakan sisa Panthalasa dan akan terus menyempit karena Benua Amerika bergerak ke arah barat memepetkan tepi barat samudra tersebut ke pingiran benua Asia dan Australia. Bersamaan dengan itu Lautan Atlantik terus bertambah luas. Akibat adanya gaya dorongan yang bersumber dari tengah-tengah Samudra Hindia, Pantai Selatan Pulau Jawa mengalami pergerakan ke arah utara dengan laju 5-10 cm setiap tahun, demikian juga dengan pulau-pulau lainnya yang berada di Indonesia.
Atas dasar adanya gerakan tersebut, maka diramalkan kelak 50 juta tahun yang akan datang negara Indonesia akan terus didesak oleh benua Australia ke arah utara, dan selanjutnya akan musnah ditelan masuk ke bawah daratan Benua Asia.

Selasa, 17 Februari 2009

Bumi dalam Tata Surya



Bumi dalam Tata Surya
By : Purwo Sutanto


Semua benda-benda langit yang tersebar di jagad raya disebut alam semesta. Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok bintang yang berkerumun dengan jumlah tak terbilang. Setiap kelompok disebut galaksi, salah satunga bernama Galaksi Bima Sakti (Mylky Way).
Galaksi bima sakti memiliki struktur spiral berbentuk cakram, terdiri atas lebih dari 40 milyad bintang, salah satunya adalah matahari. Dari tepi ke tepi panjangnya sekitar 100.000 tahu cahaya, sedangkan tebal benjolan tengahnya sekitar 15.000 tahun cahaya ( 1 detik cahaya = 300.000 km). Bima sakti termasuk berukuran sedang apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Galaksi lain yang terdekat dengan bima sakti adalah galaksi Andromeda (berupa kabut/nebula) yang jaraknya 80.000 tahun cahaya. Karena luasnya yang tak terhingga menyebabkan alam semesta tetap dalam keadaan gelap, meskipun di dalamnya terdapat lebih dari 2 milyar galaksi dengan masing-masing memiliki bintang-bintang yang bersinar jauhnya melebihi matahari dengan jumlah tak terbilang.
Para ilmuwan sepakat bahwa benda-benda di alam semesta terbuat dari unsur-unsur yang hampir sama. Ada dua teori yang sangat terkenal mengenai terbentuknya alam semesta, pertama teori ledakan, kedua teori ekspansi dan kontraksi.

A. Teori Ledakan
Teori ini bertolak dari asumsi bahwa pada awal mulanya ada suatu massa yang luar biasa besarnya (big bang) dengan berat jenis sangat besar. Akibat adanya reaksi inti maka massa yang luar biasa besarnya tersebut meledak dan berserakan kemudian mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan.
Setelah jutaan tahun, maka massa yang berserakan membentuk kelompok-kelompok yang akhirnya menjadi galaksi. Kelompok-kelompok itu terus bergerak menjauhi pusatnya. Teori ini didukung dari hasil pengamatan bahwa galaksi-galaksi itu memang terus bergerak menjauhi titik pusat yang sama.

B. Teori Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini dilandasi adanya pemikiran bahwa alam semesta mengalami siklus setiap 30 milyar tahun sekali, yaitu terjadinya massa ekspansi dan massa kontraksi. Pada massa ekspansi terbentuklah galaksi-galaksi beserta bintang-bintangnya. Ekspansi ini disebabkan adanya tenaga yang berasal dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk berbagai unsur yang kemudian menyusut kembali karena mengeluarkan tenaga panas yang tinggi. Berdasarkan teori ekspansi dan kontraksi, maka sebenarnya alam semesta ini tidak berawal dan tidak berakhir.

C. Sistem Tata Surya.
Susunan tata surya terdiri dari planet-planet bersama masing-masing satelitnya, asteroid, komet, dan kumpulan meteorit. Hipotesis pertama mengenai terbentuknya tata surya dikemukakan pada tahun 1755 oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari suatu zat utama (primary matter) yang memenuhi ruang angkasa. Bagian dari zat ini yang berupa zat padat berada dalam keadaan diam tak bergerak, tetapi satu sama lain memiliki massa dan kepadatan yang berbeda.
Akibat gaya tarik menarik antara sesama partikel tersebut mulai bergerak dan berkondensasi secara terpisah. Proses ini terus berlangsung dan saling berinteraksi. Kondensasi-kondensasi yang lebih besar menarik kondensasi yang lebih kecil dan terbentuklah knots (simpul) yang besar dari zat tersebut.
Selain gaya tarik juga ada gaya tolak. Gerakan yang diakibatkan gaya ini menyebabkan partikel yang bertemu saling bertubrukan dan terpental satu sama lain ke arah yang berbeda-beda. Arah yang paling sering dituju oleh partikel yang bergerak ini menjadi predominant (pengaruh semakin kuat) dan suatu massa dari simpul yang terdiri dari zat utama tadi mulai bergerak ke satu arah, mengitari satu simpul yang terbesar dalam kelompok itu.
Menurut Pierre Laplace (1748-1827) pada tahun 1796 mengatakan bahwa matahari, planet-planet beserta satelitnya terbentuk dari zat-zat yang pada mulanya berupa gumpalan awan gas yang mengembun dalam keadaan berputar berbentuk seperti cakram. Akibat gaya tarik antara sesama partikel-partikel, maka pusat nebula mengalami kondensasi. Pada massa awal pembentuka tatasurya, bagian ini menjurus ke arah terbentuknya matahari sebagai pusat tatasurya. Pada mulanya matahari diselimuti oleh suatu nebula yang bergerak sejajar mengitarinya. Partikel-partikel yang terdekat dengan matahari membentuk orbit dengan radius kecil, sementara yang berada pada jarak yang lebih jauh orbit lingkarannya memiliki radius lebih panjang pada jangka waktu yang sama. Oleh karena itu semakin jauh jarak dari titik pusat tata surya, semakin lemah pengaruh gaya tariknya, dan semakin kuat gaya sentrifugalnya. Pada jarak tertentu dari titik pusat tersebut, kekuatan-kekuatan ini mencapai keseimbangan. Titik keseimbangan ini merupakan batas antara susunan tata surya terhadap gugusan benda-benda yang ada di cakrawala lainnya.
Karena hipotesis Kant dan Laplace hampir mirip, maka kedua hipotesis tadi dikenal dengan sebutan Hipotesis Kant dan Laplace.
Matahari adalah sebuah bintang, merupakan pusat tata surya yang jaraknya dari bumi 149.500.000 km, dengan panjang garis tengah pada equatornya 1.400.000 km. Wujudnya berupa gas pijar berbentuk bola dengan massa 332.000 kali massa bumi. Temperatur inti matahari tidak kurang dari 25.000.000oC, sedangkan di permukaannya sekitar 6.000oC. Matahari berotasi pada kutubnya dengan perioode antara 24-26 hari, sedangkan periode pada equatornya 34-37 hari di bumi.
Menurut Nicolas Copernicus (1473-1543) menyatakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya (Heliosentris). Teori ini kemudian dimodifikasi oleh Kepler (1551-1630), Ishak Newton (1643-1727), dan Galileo-Galiley (1564-1642).
Matahari memiliki sembilan planet yang bergerak mengelilinginya, enam di antaranya memiliki satelit-satelit yang juga bergerak mengelilingi planetnya. Planet-planet tersebut adalah; Mercurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnur, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Bumi memiliki garis tengah equator sejauh 12.756 km, dengan densitas 5,52 gram/cm3, memiliki satelit bernama Bulan. Waktu untuk mengelilingi matahari satu putaran selama 365,25 hari (setahun), dengan kecepatan gerak 965.600 km/jam. Sedangkan waktu sekali putar (rotasi) selama 24 jam, dengan kecepatan translasi di equator lebih dari 1.600 km/jam (radius bumi = 6.378,2 km). Bagian luar Bumi diselimuti lapisan udara yang disebut atmosfera.
Bumi disebut juga planet biru, karena tampak berwarna biru apabila dilihat dari luar angkasa. Planet ini sangat unik dalam tata surya akrena terdapat air dalam tiga fase sehingga memiliki lautan dan kutub es serta terjadi siklus hidrologi yang berkesinambungan. Di Bumi juga berlangsung proses-proses geologis secara aktif, yaitu terjadinya siklus geologi yang menyebabkan permukaan Bumi terus mengalami perubahan dan peremajaan sepanjang waktu.
Bentuk Bumi tidak bulat sempurna, melainkan menyerupai oblate spheroid yaitu agak pepat pada kutub-kutubnya. Panjang jari-jari di kutub 6.356,8 km, dan di ekuator 6.378,2 km, dengan luas permukaan 510.100.954 km2. bentuk seperti ini disebut Geoid. Secara teoritis pepatnya bumi disebabkan adanya rotasi sejak awal pembentukannya sewaktu Bumi belum padat. Akibatnya, pada bagian yang searah dengan sumbu rotasi akan terjadi pemampatan, sedangkan yang tegak lurus, yaitu yang searah dengan equator akan mengalami pengembangan.
Bentuknya yang unik menyebabkan permukaan Bumi memiliki kekuatan grafitasi yang berbeda. Secara umum di wilayah kutub kekuatan gravitasinya lebih besar daripada di katulistiwa. Percepatan gravitasi dari kutub ke equator perubahannya secara perlahan. Namun demikian, dibeberapa tempat ada yang gaya tariknya di atas normal (positive gravity anomaly) dan juga di bawah normal (negative gravity anomaly). Anomali ini disebabkan faktor geologis setempat, seperti adanya batuan berdensitas rendah dan batuan berdensitas tinggi atau mungkin adanya gejala struktur pada bagian dalam bumi.
Bumi memiliki satelit, yaitu bulan. Bulan berdiamer 3.456 km, sedangkan jaraknya dari bumi 384.395 km. Bulan berotasi sambil mengelilingi Bumi. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali rotasi sama tepat dengan waktu untuk revolusi, sehingga permukaan Bulan yang tampek ke Bumi selalu tetap sama. Volume Bulan hanya 1/82 dari volume Bumi dan gravitasinya 1/6 dari gravitasi Bumi. Tak ada air dan udara, oleh sebab itu permukaan Bulan tetap abadi karena terjadi siklus geologi layaknya Bumi.

D. Sifat-sifat Panas Bumi
Bumi memiliki sifat panas yang berasal dari luar (eksternal heat) dan dari dalam (internal heat). Panas luar berasal dari pancaran panas matahari, yang besarnya sekitar 10 pangkat 21 kalori setiap tahun. Penerimaan panas dipermukaan Bumi tidaklah merata tergantung pada radian energi dan beberapa faktor lain seperti distribusi daratan dan perairan, kedalaman, tinggi rendah permukaan Bumi (setiap penambahan tinggi 100 m, suhu turun 0,5oC), penyebaran tumbuhan, arus laut, angin, dan jenis batuan.
Gradien geotermal, adalah tingkatan kenaikan temperatur dalam derajat Celcius apabila turun atau masuk ke dalam Bumi tiap 100 meter. Di Eropa rata-rata 3oC/100m, di Amerika Utara gradien geotermalnya sekitar 1,6oC/ 100 meter.
Fluktuasi suhu udara di dekat permukaan Bumi sangat tinggi, kadang mencapa 100oC. Namun fluktuasi ini semakin berkurang apabila ke arah dalam Bumi, dan pada kedalaman tertentu hilang sama sekali (daerah zone of constant annual temperature). Pada zona ini suhu tanah sama dengan suhu udara di atasnya karena di bagian atasnya diselimuti oleh zona heliothermal, yaitu lapisan kulit Bumi (lithosfera) yang mendapat panas Matahari.
Di bawah lapisan zona yang bersuhu konstan terdapat zona geothermal, yaitu daerah yang suhunya tetap tinggi bukan akrena pengaruh sinar matahari, tetapi panasnya berasal dari dalam perut bumi.
Derajat geotermik tidak sama untuk setiap tempat, hal ini disebabkan beberapa faktor:
1. Perbedaan sifat penghantar panas lapisan tanah. Semakin tinggi daya penghantarya, semakin rendah derajat geotermiknya.
2. Proses-proses reaksi kimia dari kandungan air yang terdapat dalam lapisan tanah dan batuan.
3. Kondisi yang menyebabkan terbentuknya batuan (tegak/liring atau datar).
4. Gerakan air bawah permukaan (tergantung aliran airnya panas atau dingin).
5. Gerakan air di permukaan Bumi. Di dekat lautan atau laut derajat geotermiknya akan lebih tinggi daripada tempat-tempat yang jauh terhadap lautan.
6. Konsentrasi unsur-unsur radioaktif batuan. Tempat berradioaktif tinggi, derajat geotermiknya menurun).
Dengan patokan derajat geotermik 33 meter untuk lapisan-lapisan lithosphera, maka pada kedalaman 33 km suhunya 1.000 oC dan pada kedalaman 66 km berarti akan mencapai 2.000oC. pada suhu setinggi ini maka batuan-batuan di bawah litosfera akan mencair, tetapi karena pada kedalaman tersebut tekanannya tinggi (11.000-14.000 atmosfer), menyebabkan batuan-batuan atau zat-zat berada dalam keadaan padat dan plastis. Apabila derajat geotermik tetap 33 meter, berarti panas di pusat bumi sekitar 193.060oC, berarti zat-zat di perut Bumi dan Mantel Bumi dalam keadaan cair. Dalam keadaan seperti ini maka lapisan permukaan bumi juga akan mencair. Dengan demkian, suhu pada bagian dalam bumi tidak akan melebihi antara 3.500-4.000oC. hal ini dengan perhitungan adanya tekanan pada tempat tersebut sebesar 4.163.450 atmosfer. Pada kondisi seperti ini maka batuan dalam mantel dan pusat bumi bentuknya kenyal dan padat. Hal ini sesuai dengan data astronomi dan seismologis.
Pendapat terakhir menyatakan bahwa panas yang terjadi pada lapisan litosfera berasal dari adanya reaksi zat radioaktif. Unsur-unsur yang mencair akibat reaksi ini akan bertambah volumenya sehingga tekanannya meningkat dan dapat mengakibatkan erupsi dalam bentuk massa cair.
Sumber: Agung Mulyo, 2004, Pengantar Ilmu Kebumian, Bandung: Pustaka Setia

Jumat, 16 Januari 2009

Pengembangan LKS

PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN LKS DALAM PEMBELAJARAN

By: Purwo Sutanto




Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri. Karenanya dalam LKS seharusnya memuat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Dalam LKS, siswa pada saat yang sama diberi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Selain itu dalam LKS dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari LKS, diperlukan persiapan yang matang dalam perencanaan materi (isi) dan tampilan (desain). Materi LKS harus diturunkan dari tujuan instruksional. Desangkan desain dikembangkan untuk memudahkan siswa berinteraksi dengan materi yang diberikan.


Pemanfaatan.

Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah dengan menerapkan metode SQ3R (survey, Question, Read, Recite, Review atau mensurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang)

□ Pada kegiatan survey, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan.

□ Pada tahap question, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan.

□ Pada tahap read, siswa dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda-tanda khusus pada materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan pada tahap question.

□ Recite menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta untuk meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri.

□ Review dimaksudkan agar siswa sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut. Dalam pengembangan LKS kita harus berusaha memasukkan unsur-unsur SQ3R secara terintegrasi.


Desain

Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain LKS yaitu, a) tingkat kemampuan membaca, b) pengetahuan siswa. LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara mandiri, dan Guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang diharapkan berperan aktif dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS adalah siswa. Jika desain LKS yang kita kembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan kesulitan dalam memahami LKS. Berikut ini beberapa batasan yang bisa dipakai untuk menentukan desain LKS.

1. Ukuran. Gunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan instruksional yang telah ditetapkan. Misalnya jika menginginkan siswa untuk mampu membuat bagan alur, maka ukuran LKS sebaiknya A4 agar siswa cukup ruang dan leluasa untuk membuat bagan.
2. Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu, pengorganisasian halaman juga perlu diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana judul dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal ini akan menimbulkan kesulitan siswa untuk memahami materi secara keseluruhan. Hal ini bisa ditanggulangi dengan memanfaatkan penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan pola penulisan ini harus konsisten.
3. Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diebrikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca siswa. Sesempurna apa pun materi yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.


Prosedur Pengembangan


Ada empat langkah dalam mengembangkan LKS, yaitu:

1. Penentuan tujuan instruksional. Penentuan tujuan mestinya dimulai dengan melakukan analisis siswa, yaitu mengenali siapa siswa kita, perilaku awal dan karekteristik awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan analisis ini akan diperoleh peta tentang kompetensi yang telah dan akan dicapai siswa, baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kedua kompetensi ini jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Kaidah yang berlaku antara lain dengan melengkapi pola ABDC (Audience, Behavior, Condition, Degree). Tujuan pembelajaran ditulis untuk menunjukkan apa yang harus mampu dilakukan oleh seorang siswa yang berhasil belajar dengan baik, atau kompetensi yang akan dicapai siswa setelah melalui proses belajar. Dengan demikian kita harus menuliskan tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja operasional, dan menghindari kata kerja yang tidak jelas seperti; memahami, mengenal, menguasai, menyadari. dll. Tujuan pembelajaran yang baik akan memandu kita dalam memilih topik pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran, memilih media dan metode pembelajaran, serta mengembangkan alat evaluasi hasil belajar.
2. Pengumpulan materi. Tentukan materi dan tugas yang akan dimuat dalam LKS dan pastikan pilihan ini sejalan dengan tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/materi dan buat rincian tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan meteri yang sudah tersedia (menyusun).
3. Penyusunan elemen. Elemen LKS setidaknya ada unsur Materi, Tugas dan Latihan. Tugas yang sebaiknya terdapat dalam LKS adalah:

□ Baca materi......... yang ada dalam LKS!

□ Garisbawahi kata/kalimat yang menurut anda penting!

□ Buat ringkasan pada tempat yang telah disediakan!

□ Tulis paling sedikit lima pertanyaan pada kotak yang sudah disediakan!

□ Baca kembali materi sambil menjawab pertanyaan yang anda buat!

□ Tulis jawaban pada tempat yang sudah disediakan!

□ Jawab soal yang diberikan dalam Latihan!

4. Cek dan penyempurnaan. Ada empat variabel yang harus dilihat sebelum LKS dapat dibagikan kepada siswa, yaitu:

□ Kesesuaian desain dengan tujuan instruksional.

□ Kesesuaian materi dengan tujuan instruksional.

□ Kesesuaian elemen dengan tujuan instruksional. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang diberikan menunjang pencapaian tujuan intruksional.

□ Kejelasan penyampaian, meliputi keterbacaan, keterpahaman dan kecukupan ruang untuk mengejakan tugas.

Untuk langkah penyempurnaan, mintalah komentar siswa, kemudian lakukan evaluasi dan perbaikan seperlunya.

Sumber: Tian Belawati, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Jumat, 09 Januari 2009

Multiple Intelegence II

Kecerdasan Ganda dan Pembelajaran
by: Purwo Sutanto

Kalau ada banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan menuju kecerdasan. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas. Kalau ada banyak cara, berarti ada banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan anak. Tanda itu bukan hanya dapat dilihat dari prestasi akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak kedalam tes intelejensia.
Anak-anak dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara itu misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisk (kemampuan motorik) atau lewat cara sosial-emosional. Itu karena, menurut Thomas Armstrong, Ph.D, periset kecerdasan anak dan penulis buku ‘In Their Own Way : Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences’, semua anak terlahir cerdas dan berbakat. Kalaupun ada yang tampak tak menonjol, itu karena beberapa anak menunjukkan bakatnya lebih lambat dibanding anak lain.
Karenanya, banyak hasil-hasil riset kecerdasan anak menyarankan para orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada anak. Stimulasi dan sensasi pengalaman yang intens itu berguna untuk segera membangkitkan kecerdasan anak. Jadi tak ada lagi istilah ‘anak menunjukkan bakat lebih lambat’. Fakta-fakta riset itulah yang kemudian oleh Prof. Howard Gardner, seorang psikolog dan pakar ilmu saraf dari Universitas Harvard, AS tahun 1983 dikristalkan ke dalam konsep teori kecerdasan yang disebutnya ‘Multiple Intelligences’ atau Kecerdasan Majemuk/Ganda.
Menurut Gardner, manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya kelainan otak—sedikitnya memiliki 9 kecerdasan. Kecerdasan manusia, saat ini tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa. Ada banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia.
Dalam buku ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner, menjelaskan 9 kecerdasan yang tersimpan dalam otak manusia. Konsep kecerdasan ganda ini, bila dipahami dengan baik, akan membuat semua orangtua memandang potensi anak lebih positif. Terlebih lagi, para orangtua (guru) pun dapat menyiapkan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di rumah (di sekolah).
Keberhasilan anak usia dini merupakan pijakan awal bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan usia emas. Artinya bila pada masa itu mendapat pendidikan yang “benar” maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya.
Saat ini jarang ditemukan pendidikan anak yang menggunakan model pembelajaran berbasis kemampuan atau potensi anak. Mereka lupa, bahwa usia anak adalah usia bermain. Oleh karenanya, perlu dilakukan rekonstruksi terhadap praktik pembelajaran pada anak yang berbasis pada permainan (ya bermain, ya belajar).
Bermain sekaligus belajar merupakan dua aktivitas yang harus dimaknai sebagai satu kesatuan dan memiliki makna anak belajar melalui bermain. Aktivitas-aktivitas anak lebih ditekankan pada ciri-ciri bermain. Porsi bermain tampak lebih menonjol daripada belajar. Melalui bermain itulah anak akan memperoleh berbagai kemampuan, seperti kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bersosialisasi, memanajemen emosi, dan berpikir logis-matematis.
Slogan bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk pendidikan anak usia dini. Ini karena kegiatan bermain mampu menyentuh seluruh aspek perkembangan anak. Saat bermain anak memiliki kebebasan berimajinasi, mengeksplorasi, dan berkreasi.
Pada saat bermain itulah, aspek-aspek perkembangan fisik motorik kasar dan halus, aspek emosional, aspek kognitif/intelektual, dan aspek sosial berkembang dalam situasi yang menyenangkan. Anak usia dini mencakup usia dari lahir hingga delapan tahun, meskipun di Indonesia dibatasi hingga usia enam tahun.
Anak secara instrinsik memang termotivasi untuk selalu bermain. Dalam bermain, mereka menikmati kegiatannya, merasa kompeten melakukan sesuatu. Mereka terus belajar mendapatkan pengalaman baru yang dipadukan dengan apa yang telah diketahuinya.
Namun, strategi bermain dalam pendidikan anak usia dini ini ternyata belum sepenuhnya dipahami orangtua, guru, dan pendamping. Bahkan, tidak jarang orangtua menolak kegiatan bermain dalam pendidikan prasekolah. Mereka lebih senang jika anak langsung dikenalkan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung.
Mereka, masih beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila anak menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Padahal, perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak. Strategi belajar melalui bermain ini, menitikberatkan pada cara-cara mengasah, menstimulasi kecerdasan gkita pada anak sejak usia dini. Oleh karenanya, bagi orangtua, para guru, pemerhati pendidikan, orangtua asuh, trainer, dan pendamping perlu segera menerapkan model ini jika ingin benar-benar melejitkan dan mengembangkan potensi kecerdasan anak.

Kecerdasan Ganda dan Ruang Belajar
‘Ruang kelas’ terbesar untuk belajar sebenarnya sudah tersedia. Ya, dunia adalah ruang belajar itu. Untuk mengembangkan kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di lingkungan sekitar. Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Sementara di rumah, anak bisa memanfaatkan benda-benda dan materi di sekitar rumah. Orang tua tak perlu membelikan alat belajar maupun mainan yang mahal.
Konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Apapun yang ingin diktehauinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami sendiri. Sementara, bagi orangtua maupun guru, yang dibutuhkan hanya kreatifitas dan kepekaan untuk mengasah kemampuan anak. Baik orang tua maupun guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional.
Soal manfaat lingkungan untuk membantu proses belajar ini, sudah diteliti lho oleh beberapa orang peneliti kegiatan belajar. Ada Vernon A. Magnesen tahun 1983 dan sekelompok peneliti seperti Bobbi DePorter; Mark Reardon, dan Sarah tahun 2000. Mereka menjelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%), dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan (90%).
Nah dari situ terlihat bukan, dari aktivitas seperti apa kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan? Ya, dari yang kita lihat dan dengar serta dari paraktik yang kita lakukan. Belajar dengan menggunakan teori kecerdasan gkita bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi “It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa menjadi pintar’.

Sumber :
http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=2108
http://www.surya.co.id/web/Citizen-Journalism/Bermain-Sekaligus-Belajar.html
www.wyethindonesia.com/$$Multiple%20Intelligences.html?menu_id=66&menu_item_id=4 - 33k

Multiple Intelegence I

Multiple Intelligence I
by: Purwo Sutanto

Konon para ahli menemukan 150 jenis kecerdasan manusia.
Cukup lama orang beranggapan bahwa IQ ( intelligence quotient ) merupakan penentu kesuksesan belajar dan hidup seseorang. Seperti anggapan bahwa IQ-nya tinggi maka ia akan sukses dalam kehidupan nyata. Namun pernyataan itu tidak selalu benar. Banyak orang IQ – nya tinggi tetapi gagal dalam hidup. Maka disadari bahwa IQ meskipun tinggi namun bukan segala –galanya. Perlu disadari pula dengan penemuan SQ ( spiritual quotient) dan EQ ( emotional quotient ) maka perlunya beriringan antara IQ, EQ, dan SQ agar seseorang berhasil.
Prof. Dr.Howard Gardner seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS merumuskan teorinya Multiple Intelligences ( kecerdasan ganda / majemuk ). Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Penelitian ilmiah membuktikan tes sidik jari bisa mengungkap delapan kecerdasan kita (multiple intelligence) yang dimiliki seseorang. Tiap-tiap kecerdasan itu menurut penemunya, Howard Gardner, dinyatakan dalam angka positif dan negatif. Kecerdasan yang bernilai positif artinya lebih mudah untuk dikembangkan. Sementara itu, yang bernilai negatif lebih sulit dipupuk.
Dengan latar belakang standar kecerdasan dan kegagasan rasionalisme dimana kecerdasan ditinjau dari IQ yang tinggi, maka Garder membuat riset dengan memberi contoh bahwa orang berhasil tidak hanya mengkitalkan IQ tinggi yaitu Maradona (Brasil) dan Ronaldinho (Argentina ) pemain sepak bola , Mozart dengan usia 4 th sudah mahir memainkan piano, Beethoven dan Kenny G yang sangat cerdas pula memainkan alat musik.
Prof. Dr.Howard Gardner mengemukakan 9 kecerdasan yaitu:

1. Kecerdasan Linguistik ( Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Karena itu, profesi yang cocok antara lain pembawa acara, wartawan, atau penulis. Contohnya pencipta puisi, editor , jurnalis, dramawan, sastrawan, orator Tokoh terkenal seperti : Sukarno, Paus Yohanes Paulus II, Winston Churhill.
Beberapa manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita senang bermain dengan kata-kata. Kita menikmati puisi. Kita suka mendengarkan cerita.
b. Kita membaca apa saja; buku, majalah, surat kabar dan bahkan label produk.
c. Kita merasa mudah dan percaya diri mengekspresikan diri kita baik secara lisan maupun tulisan. Contohnya, kita pintar dalam berkomunikasi dan pintar dalam menceritakan atau menulis mengenai sesuatu hal.
d. Kita suka membumbui percakapan kita dengan hal-hal menarik yang baru saja kita baca atau dengar.
e. Kita suka mengerjakan teka-teki silang,bermain scrable atau bermain puzzle. Kita dapat mengeja dengan sangat baik.
f. Kita memilki perbendaharan kata yang sangat baik sehingga kadang orang harus meminta kita menjelasakan arti kata yang kita gunakan. Kita suka menggunakan kata yang tepat untuk setiap situasi.
g. Di sekolah kita lebih menyukai mata pelajaran seperti bahasa inggris, sejarah dan ilmu sosial. Kita menyadari pentingnya membangun perbendaharaan kata.
h. Kita suka menghadapi perdebatan atau argumentasi secara lisan dan dapat memberikan penjelasan yang terarah dan jelas.
i. Kita senang "berpikir dengan mengucapkan apa yang kita pikirkan", menyelesaikan masalah dengan bebicara, menjelaskan solusi dan mengajukan pertanyaan.
j. Kita merasa sangat mudah menyerap informasi dengan mendengarkan radio, kaset atau kuliah. Kita sangat mudah mengingat kata-kata.

2. Kecerdasan Logik Matematik ( Logical – Mthematical Intelligence )

Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Profesi yang sejalan untuk ditekuni di antaranya ilmuwan. Tokoh terkenal seperti : Einstein ( ahli fisika ), Habibie ( ahli pesawat ).
Beberapa manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita senang bekerja dengan angka dan dapat melakukan perhitungan mental (mencongak).
b. Kita tertarik dengan kemajuan teknologi dan gemar melakukan percobaan untuk melihat cara kerja sesuatu hal.
c. Kita merasa mudah melakukan perencanaan keuangan. Kita menetapkan target dalam bentuk angka dalam bisnis dan hidup kita.
d. Kita senang menyiapkan jadwal perjalanan secara terperinci. Kita sering menyiapkan, memberi nomor dan menetapkan suatu daftar kerja (to-do-list).
e. Kita senang dengan permainan, puzzle atau sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir logis dan statistis seperti permainan cheker atau catur.
f. Kita cenderung mengenali kesalahan logika atas apa yang orang ucapkan atau lakukan.
g. Matematika dan fisika (science) merupakan sebagian dari mata pelajaran yang sangat kita sukai.
h. Kita dapat menemukan contoh khusus untuk mendukung suatu pkitangan umum dan senang menganalisis situasi dan argumentasi.
i. Kita senang melakukan suatu pendekatan sistematis, step-by-step dalam memecahkan suatu masalah. Kita suka menemukan pola dan hubungan antara suatu obyek atau angka.
j. Kita perlu meggolongkan, mengelompokkan atau menghitung untuk bisa menghargai hubungan antara satu hal dengan hal lainnya.

3. Kecerdasan Visual Dan Spasial (Spatial Intelligence )
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang. Profesi yang cocok di antaranya arsitek, fotografer, dan desainer. Tokoh terkenal seperti Sidharta ( pemahat ), Pablo Pacasso (pelukis).
Beberapa manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita menyukai seni, menikmati lukisan dan patung. Kita memilki citra rasa yang baik akan warna.
b. Kita cenderung menyukai pencatatan secara visual dengan menggunakan kamera atau handycam.
c. Kita bisa menulis dengan cepat saat kita mencatat atau berpikir mengenai sesuatu. Kita dapat menggambar dengan cukup baik.
d. Kita merasa mudah membaca peta atau melakukan navigasi, kita memilki kemampuan mengerti arah yang baik.
e. Kita menikmati permainan seperti puzzle.
f. Kita senang membongkar sesuatu dan memasang kembali dengan baik. Kita dapat menyusun peralatan dan mengikuti instruksi dengan baik.
g. Di sekolah, kita menyukai pelajaran seperti ilmu ukur ruang.
h. Kita sering menjelaskan apa yang ada dalam pikiran kita dengan menggunakan diagram atau gambar dan kita dapat membaca diagram (chart) dengan mudah.
i. Kita dapat melihat (memvisualisasi) suatu hal dari beberapa sudut pkitang.
j. Kita suka membaca bahan bacaan yang di lengkapi dengan banyak gambar.

4. Kecerdasan Musik ( Musical Intelligence )
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat. Profesi yang cocok tentunya sebagai musisi. Tokoh terkenal seperti Beethoven, Mozart.
Beberapa manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita dapat memainkan alat musik.
b. Kita dapat menyanyi sesuai dengan tinggi rendahnya kunci nada.
c. Kita biasanya dapat mengingat sebuah irama hanya dengan mendengarkan beberapa kali saja.
d. Kita sering mendengarkan musik. Kita bahkan kadang kala menghadiri konser musik. Kita suka -bahkan butuh- mendengarkan lagu sambil kita bekerja.
e. Kita mengikuti irama musik dengan baik dan tanpa sadar mengetuk-ngetukkan jari kita mengikuti irama lagu itu.
f. Kita dapat membedakan suara berbagai alat musik yang berbeda.
g. Lagu iklan sering muncul dalam pikiran kita (sering kita ingat).
h. Kita tidak dapat membayangkan hidup tanpa musik. Kita menemukan bahwa musik membangkitkan suatu emosi dan kenangan atau gambaran saat kita mendengarkan musik itu.
i. Kita sering bersiul atau mengeluarkan suara "hmm...hmmm" mengikuti irama lagu.
j. Kita sering menggunakan irama untuk mengingat sesuatu, misalnya nomor telepon.

5. Kecerdasan Interpersonal ( Interpersonal Intelligence )
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pkitangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Tokoh terkenal Mahatma Gandhi ( tokoh perdamaian India ), Ibu Teresa ( Pejuang kaum miskin ).
Beberapa contoh manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita senang bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok atau komite.
b. Kita lebih suka belajar kelompok dari pada belajar sendiri.
c. Orang sering kali datang kepada kita untuk meminta nasihat. kita adalah orang penuh simpati.
d. Kita lebih suka team sport seperti basket, soffball, sepak bola dari pada individual seperti renang dan lari.
e. Kita menyukai permainan yang melibatkan orang lain seperti bridge dan monopoli.
f. Kita suka berkumpul dengan orang lain (menghadiri pesta, perkumpulan dan lain-lain).
g. Kita mempunyai beberapa kawan yang sangat dekat.
h. Kita dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat membantu menyelesaikan pertikaian.
i. Kita tidak segan-segan untuk mengambil kepemimpinan, menunjukkan pada orang lain bagaimana melakukan sesuatu.
j. Kita lebih suka memecahkan suatu masalah dengan orang lain dari pada harus memikirkan dan memecahkan masalah itu sendiri.

6. Kecerdasan Intrapersonal ( Intrapersonal Intelligence )
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral. Kecerdasan itu akan dibutuhkan dalam menekuni profesi apa pun.
Beberapa contoh manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita memiliki buku harian untuk mencatat pikiran kita yang sangat dalam dan pribadi.
b. Kita serimg menyendiri untuk memikirkan dan memecahkan masalah itu sendiri.
c. Kita menetapkan tujuan kita.
d. Kita adalah seorang pemikir independen (mandiri). Kita tahu pikiran kita dan kita memutuskan sendiri keputusan kita.
e. Kita mempunyai hobi atau kesenangan yang bersifat pribadi yang tidak banyak kita bagikan atau ungkapkan kepada orang lain.
f. Kita suka memancing dan memanjat gunung seorang diri. Kita senang dengan kesendirian kita.
g. Ide kita mengenai liburan yang baik adalah dengan menghabiskan waktu di puncak gunung atau tempat yang sepi, daripada ke hotel berbintang lima.
h. Kita mempunyai pkitangan yang realistis mengenai kekuatan dan kelemahan kita.
i. Kita tertarik untuk menghadiri seminar pengembangan diri atau pernah melakukan konseling untuk belajar lebih banyak mengenai diri kita sendiri.
j. Kita senang bekerja untuk diri kita sendiri atau telah dengan sangat serius berpikir untuk melakukan usaha sendiri.

7. Kecerdasan Kinestetik (Bodily- Kinesthetic Intelligence )
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Profesi yang mengarah pada bakat seperti itu di antaranya atlet. Contohnya aktor, atlet, penari, ahli bedah. Tokoh terkenal seperti : Charlie Chaplin ( pemain pantonim yang ulung ), Steven Seagal ( actor ).
Beberapa manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita gemar berolahraga atau melakukan kegiatan fisik.
b. Kita cakap dalam melakukan sesuatu seorang diri.
c. Kita senang memikirkan persoalan sambil aktif dalam kegiatan fisik seperti berjalan atau lari.
d. Kita tidak keberatan jika diminta untuk menari.
e. Setiap kali kita pergi ke pusat hiburan atau permainan, kita senang dengan permainan yang sangat menantang dan "mengerikan" secara fisik seperti jet coaster.
f. Kita suka menangani sesuatu secara fisik. Kita suka memegang atau mencoba sesuatu agar benar-benar mengerti.
g. Pelajaran di sekolah yang kita sukai adalah olahraga atau kerajinan tangan.
h. Kita menggunakan gerakan tangan atau bahasa tubuh kita untuk mengekspresikan diri kita.
i. Kita menyukai permainan yang melibatkan fisik dengan anak-anak, misalnya bermain sambil berguling-guling atau saling tarik menarik.
j. Kita lebih suka mempelajari hal baru langsung dengan mempraktekkannya daripada sekadar membaca manual atau menonton video yang menjelaskan hal itu.

8. Kecerdasan Naturalis ( Naturalist Intlligence )
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta. Tokoh terkenal Charles Darwin.
Beberapa manifestasi kecerdasan ini adalah sebagai berikut ini.
a. Kita senang memelihara atau menyukai hewan.
b. Kita dapat mengenali dan membedakan nama berbagai jenis pohon, bunga dan tanaman.
c. Kita tertarik dan memilki pengetahuan yang cukup mengenai bagaimana tubuh bekerja -di mana letak organ tubuh yang penting- dan kita mengerti akan kesehatan.
d. Kita tahu jalur atau jalan setapak, sarang burung dan hewan liar lainnya saat kita berjalan di alam dan kita bisa "membaca" cuaca.
e. Kita dapat membayangkan diri kita sebagai seorang petani atau mungkin kita suka memancing.
f. Kita suka berkebun dan mengenal efek dari pergantian musim.
g. Kita mengerti dan tertarik dengan topik lingkungan global.
h. Kita mengikuti perkembangan astronomi, mengerti asal muasal terjadinya alam semesta dan evolusi kehidupan.
i. Kita tertarik pada masalah sosial, psikologi dan motivasi manusia.
j. Kita beranggapan bahwa perlindungan sumber daya alam dan mencapai cita-cita merupakan dua hal yang sangat penting di zaman sekarang.

9.Inteligensi eksistensial ( Exixtential intlligence )
Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan – persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. Contohnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquina.
Ada baiknya kita menjajaki jenis kecerdasan kita sendiri mana yang sudah berkembang dan mana yang belum. Dari delapan kecerdasan (intelligence) tersebut, manakah yang menjadi keunggulan kita dan mana yang belum anada gunakan secara maksimal?. Dengan mengetahui bahwa kita memilki kelebihan atau kekurangan pada kecerdasan tertentu, kita akan dapat berbenah diri dan meningkatkan kemampuan kita.
Sumber :
http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=2108
http://www.surya.co.id/web/Citizen-Journalism/Bermain-Sekaligus-Belajar.html
www.wyethindonesia.com/$$Multiple%20Intelligences.html?menu_id=66&menu_item_id=4 - 33k

Senin, 22 Desember 2008

Kegiatan Remedial

KEGIATAN REMEDIAL
By: Purwo Sutanto


Menurut Random House Webster’s College Dictionary (1991) remedial diartikan sebagai intended to improve poor skill in specified field, kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki ketrampilan yang kurang baik dalam suatu bidang tertentu. Kalau dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan remedial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil. Kekurangberhasilan pembelajaran ini biasanya ditunjukkan oleh ketidakberhasilan siswa dalam menguasai materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Dari pengertian ini maka kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remedial apabila kegiatan pembelajaran tersebut ditujukan untuk membantu siswa yang mengalai kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
Kalau kita melaksanakan her (ujian ulangan) apakah dapat dikatakan sebagai kegiatan remedial. Kegiatan her dapat dianggap sebagai bagian kegiatan remedial apabila sebelum her diberikan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membantu siswa memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya. Tetapi apabila guru langsung memberikan ujian ulang tanpa melakukan pembelajaran tambahan yang membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapinya, maka pelaksanaan her tersebut tidaklah termasuk kegiatan remedial.

Fungsi Kegiatan Remedial
Sebagai salah satu upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi yang penting bagi keseluruhan proses pembelajaran. Warkitri dkk, (1991) menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, yaitu: korektif, pemahaman, penyesuaian, pengayaan, akselerasi dan terapeutik.
Kegiatan remedial mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memperbaiki cara mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya. Berdasarkan hasil analisis kesulitan belajar siswa, guru memperbaiki berbagai aspek proses pembelajaran, mulai dari rumusan tujuan, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran , dan evaluasi. Dalam kegiatan remedial guru merumuskan kebali tujuan pembelajaran sesuai dengan taraf kemampuan siswa; mengorganisasikan kembali materi pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan siswa; memilih dan menerapkan berbagai alat bantu pengajaran utk mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang disajikan; dan sebagainya.
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam kegiatan remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru maupun diri siswa. Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial, guru terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Sebelum guru menentukan jenis kegiatan remedial yang akan dilaksanakan, guru terlebih dahulu harus mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Apakah metode, media yang digunakan telah membaantu mempermudah pemahaman siswa. Bagi siswa, melalui kegiatan remedial mereka akan lebih memahami kelebihan dan kelemahan cara belajarnya. Sebelum kegiatan remedial, guru mengajak siswa untuk mengevaluasi kegiatan belajarnya. Apa yang mereka lakukan selama kegiatan pembelajaran ? apakah mereke memperhatikan penjelasan guru dengan seksama? Apakah tugas yang diberikan dikerjakan dengan sungguh-sungguh?
Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan dan karakteristik individu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tujua dan materi pelajaran disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan kekuatan yang dimiliki siswa melalui penerapan berbagai metode mengajar dan alat pengajaran. Semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik individu siswa, agar siswa tidak lagi merasa terbebani dengan kegiatan pembelajaran bahkan menjadi termotivasi.
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode mengajar atau alat bantu pengajaran yang lebih bervariasi dari yang diterapkan guru dalam pembelajaran biasa. Dalam kegiatan remedial guru dapat meminta siswa untuk membaca referensi lain yang ada kaitannya dengan materi yang belum dipahami. Atau siswa diminta mengulang kembali penjelasan konsep melalui diskusi atau kerja kelompok.
Kegiatan remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses pembelajaran karena melalui keem guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan menambah waktu dan frekuensi pembelajaran, guru telah mempercepat proses penguasaan materi pelajaran oleh siswa. Tanpa kegiatan remedial, siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran akan semakin tertinggal oleh teman-temannya yang telah menguasai materi pelajaran.
Kegiatan remedial mempunyai fungsi terapeutik karena melalui kegiatan remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan aspek sosial-pribadi. Biasanya siswa yang merasa dirinya kurang berhasil dalam belajar sering merasa rendah diri atau terisolasi dalam pergaulan dengan teman-temannya. Dengan membantu siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial berarti guru telah membantu siswa meningkatkan rasa percaya diri.

Prosedur Kegiatan Remedial
Secara ringkas bahwa prosedur kegiatan remedial dapat meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Analisis hasil diagnosis melalui kegiatan analisis nilai/ hasil evaluasi atau uji kompetensi sesuai materi pelajaran (kompetensi yang telah diajarkan dan dievaluasi). Dari hasil analisis diagnosis ini diketahui siapa yang mengalami kesulitan penguasaan kompetensi (materi belajar) dan sub materi belajar (sub kompetensi) mana yang belum dikuasai oleh siswa.
2. Identifikasi penyebab kesulitan, baik pada diri siswa maupun pada diri guru. Guru harus melakukan self introspeksi dalam kaitan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat diketemukan bantuan yang tepat kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran. Identifikasi penyebab kesulitan pada diri siswa oleh guru dapat dilakukan dengan cara membuat observasi dan menganalisa buku catatan (kecil) kejadian kegiatan pembelajaran harian.
3. Menyusun rencana remedial (identik dengan RPP tetapi untuk Remedial) yang meliputi kegiatan; merumuskan tujuan pembelajaran; menentukan materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan; memilih metode penyampaian sesuai dengan karakteristik siswa; merencanakan waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi pelajaran; menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.
4. Melaksanakan kegiatan remedial.
5. Menilai kegiatan remedial (Evaluasi). Jika dari hasil evaluasi kegiatan remedial ternyata siswa juga belum bisa mencapai tujuannya, maka guru harus mengulang membuat kegiatan remedial kembali.

Jenis-Jenis Kegiatan Remedial

Banyak kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Berikut ini beberapa bentuk kegiatan remedial sebagaimana yang dikemukakan oleh Suke (1991):
1. Mengajarkan kembali, yaitu guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami dikuasai siswa. Apabila siswa kurang memahami konsep, guru harus banyak memberikan contoh dalam menerapkan konsep tersebut atau banyak memberikan latihan yang menuntut siswa menerapkan konsep yang sedang dibahas.
2. Menggunakan alat peraga, terutama untuk memudahkan memahami konsep yang belum dikuasainya, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba/menggunakan alat peraga tersebut.
3. Kegiatan kelompok. Diskusi atau kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelompokan siswa adalah menentukan anggota kelompok. Diusahakan dalam setiap kelompok ada salah satu siswa yang lebih menguasai materi dan mampu menjelaskan kepada anggota kelompoknya.
4. Tutorial. Dalam hal ini guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai untuk membantu siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Siswa yang ditunjuk bisa diambilkan dari kelas yang lebih tinggi. Tutorial sebaya bisa digunakan untuk pengayaaan bagi siswa yang telah lebih dahulu kompeten.
5. Sumber belajar yang relevan, yaitu siswa disuruh membaca literatur lain yang sejenis materinya, khususnya yang membahas materi belajar yang belum dikuasainya. Kegiatan ini juga dapat diterapkan untuk proses pengayaan bagi siswa yang telah lebih menguasai materi pelajaran (siswa yang telah kompeten).
Sumber: Suciati dkk., 2005, Modul Belajar dan Pembelajaran II. Jakarta: Universitas Terbuka.